Rabu, 17 April 2013

Pembelajaran Inovatif Bahasa Indonesia SD



PEMBELAJARAN INOVATIF BAHASA INDONESIA SD
MAKALAH
Disusun Guna Memenuhi Tugas Matakuliah Pengembangan Pembelajaran Bahasa Indonesia
Dosen Pengampu: Nugraheti Sismulyasih SB, S.Pd., M.Pd.



Disusun Oleh:

1.  Dwi Sri Utami                      1401410177 
2.  Diah Kusuma Wardani         1401410184  
3.  Sri Asmi                                1401410186  
4.  Ribka Rahayu                       1401410394  
5.  Ika Sari Listiyowati              1401410397  
6.  Fajar Setiawan                      1401410414  



PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR S1
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2013
BAB I
PENDAHULUAN


A.    Latar Belakang
Pendidikan merupakan batu pijakan untuk mencapai suatu negara dan bangsa yang berkualitas baik dilihat dari aspek psikomotorik, afektif serta kognitif yang dimiliki oleh individu dalam suatu kelompok atau masyarakat. Oleh karena itu, diperlukan suatu pendidikan yang  menarik perhatian suatu individu agar dapat mengembangkan ketiga aspek tersebut agar tercapainya kualitas dari suatu bangsa dan negara.
Pendidikan di Indonesia mengalami berbagai macam perubahan yang dapat dilihat dari kurikulum yang argumentasinya lebih kepada kurikulum tersebut perlu diganti karena tidak sesuai dengan zaman atau era yang sedang terjadi sehingga diperlukan suatu pembaharuan. Selain itu, pendidikan di era modern dituntut dengan suatu hal yang baru, hal ini dikarenakan dalam pembelajaran sekolah secara khusus berbeda-beda bergantung dari materi, media dan metode yang digunakan. Pengajaran yang konvensional cenderung membuat siswa merasa jenuh dengan proses pembelajaran di kelas. Demikian pula yang terjadi pada pelajaran bahasa Indonesia yang selama ini belum dibelajarkan secara inovatif.
Melihat kondisi tersebut, maka diperlukan suatu pembelajaran yang menarik perhatian siswa khususnya pada pendidikan sekolah dasar. Dalam menyajikan suatu pembelajaran yang inovatif diperlukan suatu model dan media yang sesuai dengan materi atau topik yang sedang dibahas. Guru sebagai ujung tombak yang mengarahkan siswa untuk mencapai tujuan pendidikan, diharapkan dapat menggunakan model dan media pembelajaran yang inovatif dalam membelajarkan bahasa dan sastra Indonesia di sekolah dasar.
Oleh karena itu, penulis tertarik menyusun makalah yang berjudul “Pembelajaran Inovatif bahasa Indonesia SD”. Makalah ini berisi deskripsi tentang model dan media pembelajaran inovatif untuk mata pelajaran bahasa Indonesia di sekolah dasar.

B.     Rumusan Masalah
  1. Apakah yang dimaksud dengan pembelajaran inovatif?
  2. Apa sajakah model pembelajaran inovatif bahasa dan sastra Indonesia di SD?
  3. Apa sajakah media pembelajaran inovatif bahasa dan sastra Indonesia di SD?

C.    Tujuan
1.      Mengetahui hakekat pembelajaran inovatif.
2.      Mengetahui model pembelajaran inovatif bahasa dan sastra Indonesia di SD.
3.      Mengetahui media pembelajaran inovatif bahasa dan sastra Indonesia di SD.

















BAB II
ISI


A.    Hakekat Pembelajaran Inovatif
1.      Pengertian Pembelajaran Inovatif
Kata “pembelajaran” adalah terjemahan dari instruction, yang banyak dipakai di dalam dunia pendidikan di AS. Istilah ini banyak dipengaruhi oleh aliran psikologi kognitif holistik, yang menempatkan sisiwa sebagai sumber dari kegiatan. diasumsikan dapat mempermudah siswa mempelajari segala sesuatu lewat berbagai macam media, seperti bahan-bahan cetak, internet, televisi, gambar, audio, dsb., sehingga semua itu mendorong terjadinya perubahan peran guru dalam mengelola proses belajar mengajar, dari guru sebagai sumber belajar menjadi guru sebagai fasilitator dalam belajar mengajar. Hal ini seperti yang diungkapkan Gagne (1992:3), yang menyatakan bahwa “Instruction is a set of event that effect learners in such a way that learning is facilitated.” Oleh karena itu menurut Gagne, mengajar merupakan bagian dari pembelajaran, dengan konsekuensi peran guru lebih ditekankan kepada bagaimana merancang atau mengaransemen berbagai sumber dan fasilitas yang tersedia untuk digunakan atau dimanfaatkan siswa dalam mempelajari sesuatu. Kata “inovatif” berasal dari kata sifat bahasa Inggris innovative. Kata ini berakar dari kata kerja to innovate yang mempunyai arti menemukan (sesuatu yang baru).
Pembelajaran inovatif dapat diartikan sebagai pembelajaran yang dirancang oleh guru, yang sifatnya baru, tidak seperti yang biasanya dilakukan, dan bertujuan untuk menfasilitasi siswa dalam membangun pengetahuan sendiri dalam rangka proses perubahan perilaku ke arah yang lebih baik sesuai dengan potensi dan perbedaan yang dimiliki siswa. Dalam konteks program belajar mengajar, program pembelajaran yang inovatif dapat berarti program yang dibuat sebagai upaya mencari pemecahan suatu masalah. Itu disebabkan, karena program pembelajaran tersebut belum pernah dilakukan atau program pembelajaran yang sejenis sedang dijalankan akan tetapi perlu perbaikan. Program pembelajaran yang sifatnya memperbaiki program pembelajaran sebelumnya yang tidak memuaskan, hasilnya dapat digolongkan inovatif karena mencoba untuk memecahkan masalah yang belum terpecahkan.

2.      Teori yang Mendasari Pembelajaran Inovatif
a.      Teori Kognitif
Teori kognitif didasari perilaku yang tidak tampak dapat dipelajari secara ilmiah seperti pada perilaku yang tampak. Perilaku yang tidak tampak merupakan proses internal yang merupakan hasil kerja potensi psikis. David Ausubel berpendapat bahwa belajar itu terjadi dalam organisme manusia melalui proses yang bermakna yang menghubungkan peristiwa atau butir baru pada aspek kognitif yang ada. Makna bukanlah respon yang tersirat tetapi merupakan pengalaman sadar yang diartikulasikan secara jelas dan dibedakan secara tepat. Hal tersebut dapat muncul manakala tanda, lambang, konsep, atau proposisi yang bermakna dikaitkan dan dipadukan dalam struktur kognitif individual yang berasal dari basis substansial dan nonkebiasaan. Teori kognitif lebih mengandalkan pikiran dan konsep dasar yang dimiliki pembelajar daripada pengalaman. Kognitif amat menjauhi model menghafal tetapi yang diorientasikan secara mendalam adalah belajar bermakna dimana tiap proses pembelajaran haruslah bermakna yang mampu mengelaborasi kognisi seseorang. Situasi belajar apa pun dapat bermakna apabila pembelajar mempunyai seperangkat pembelajaran yang bermakna, yakni penghubungan tugas belajar yang baru dengan apa yang sudah diketahuinya. Tugas belajar tersebut secara potensial akan bermakna bagi pembelajar. Menurut Piaget, manusia memiliki struktur pengetahuan dalam otaknya, seperti kotak-kotak yang masing-masing berisi informasi bermakna yang berbeda-beda. Pengalaman yang sama bagi beberapa orang akan dimaknai berbeda-beda oleh masing-masing individu dan disimpan dalam kotak yang berbeda-beda. Setiap pengalaman baru dihubungkan dengan kotak-kotak (struktur pengetahuan) dalam otak manusia.

b.      Teori Humanistik atau Teori Sosial
Proses belajar tidak hanya terjadi karena seseorang mendapatkan stimulus dari lingkungannya dan meresponnya tetapi terjadi pula karena pelaku belajar berkomunikasi dengan individu lainnya. Proses belajar terjadi karena komunikasi personal. Dalam diri pelaku belajar atau siswa terjadi transaksi akibat komunikasi dua arah atau lebih yang masing-masing mendapat kesempatan, baik selaku inisiator maupun mereaksi komunikasi. Komunikasi itu dapat berlangsung secara akrab, intensif, dan mendalam. Oleh karena itu, teori humanistik dikembangkan menjadi teori sosial, yang dikembangkan oleh Bandura. Menurut Bandura (dalam Dahar, 1989) dalam belajar berdasarkan teori sosial terdapat empat fase, yaitu: perhatian, retensi, reproduksi, dan motivasi. Menurut Rogers, dalam konteks belajar yang diciptakan, manusia akan belajar apa saja yang dia butuhkan. Konsep Rogers tersebut saat ini memberikan perubahan besar bagi konsep pembelajaran yang bertumpu pada pembelajar. Pembelajar itu sangat individual. Oleh karena itu, jika ingin berhasil dalam pembelajaran, perhatikan kebutuhan individual dalam belajar. Untuk mengadaptasi konsep Rogers dalam pembelajaran, perlu memahami bahwa pembelajar adalah organisme yang butuh memahami dirinya sendiri dan mengkomunikasikan dirinya kepada orang lain secara bebas dan aman.

c.       Teori Gestalt
Psikologi Gestalt memandang unsur-unsur yang terlibat dalam proses belajar tidak terpisahkan tetapi merupakan totalitas dalam membentuk medan belajar. Oleh karena itu teori Gestalt disebut pula dengan teori medan. Menurut Lewin perubahan tingkah laku merupakan indikator hasil belajar yang diperoleh dan lingkungan yang disediakan difungsikan untuk memfasilitasi potensi internal yang terdapat dalam diri pelaku belajar. Selain itu, diuraikan juga pentingnya motivasi dalam pembelajaran. Motivasi adalah faktor yang dapat mendorong setiap individu untuk berperilaku. Motivasi muncul karena adanya daya tarik tertentu dan juga bisa muncul karena pengalaman yang menyenangkan, misalnya pengalaman kesuksesan.

B.     Model Pembelajaran Inovatif dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia di Sekolah Dasar
Ada berbagai model pembelajaran yang dapat dilaksanakan dalam mencapai kompetensi berbahasa, yaitu model pembelajaran dengan pendekatan komunikatif dan kontekstual dalam pembelajaran bahasa Indonesia, antara lain:
1.      Example Non Example (Contoh-Noncontoh)
Model Example Non Example adalah model pembelajaran dengan metode belajar yang menggunakan contoh-contoh. Contoh-contoh dapat diproleh dari kasus atau gambar yang relevan dengan KD.
Langkah-langkah dalam pembelajaran sebagai berikut :
a)      guru menyiapkan gambar-gambar yang sesuai dengan tujuan pembelajaran;
b)      guru menempelkan gambar di papan atau ditayangkan melalui OHP;
c)      guru memberi petunjuk dan memberi kesempatan siswa untuk mengamatai dan menganalisis gambar;
d)     melalui diskusi kelompok 2-3 orang siswa, hasil diskusi dari analisis gambar dicatat pada kertas;
e)      setiap kelompok diberi kesempatan membacakan hasil diskusinya;
f)       mulai dari komentar atau hasil diskusi guru mulai menjelaskan materi sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai;
g)      kesimpulan.
Kelebihan model ini adalah :
a)      siswa lebih kritis dalam menganalisa gambar;
b)      siswa lebih mengetahui aplikasi dan materi berupa contoh gambar;
c)      siswa diberi kesempatan untuk mengemukakan pendapat.
Kekurangan model ini adalah :
a)      tidak semua materi dapat disajikan dalam bentuk gambar;
b)      memakan waktu yang lama.

2.      Picture and Picture ( Gambar ke Gambar)
Model Picture and Picture adalah suatu model dengan metode yang menggunakan gambar dipasangkan atau diurutkan menjadi urutan yang logis.
Langkah-langkah menggunakan model ini adalah :
a)      guru menyajikan kompetensi yang ingin dicapai;
b)      guru menyajikan materi sebagai pengantar;
c)      guru menunjukkan atau memperlihatkan gambar-gambar yang berkaitan dengan materi;
d)     guru menunjuk atau memanggil siswa secara bergantian untuk memasangkan atau mengurutkan gambar menjadi urutan yang logis;
e)      guru menanyakan alasan atau dasar pemikiran urutan gambar tersebut;
f)       dari urutan gambar, guru menanamkan konsep atau materi sesuai dengan kompetensi yang ingin dicapai;
g)      kesimpulan atau rangkuman.
Kelebihan model ini adalah :
a)      Guru lebih mengetahuai kemampuan tiap-tiap siswa;
b)      Melatih siswa untuk berfikir logis dan sistematis.
Adapun kekurangan dari metode ini adalah memakan banyak waktu dan banyak siswa yang pasif.

3.      Cooperative Script ( Skrip Kooperatif)
Skrip kooperatif adalah model yang menggunakan metode belajar yang mengarahkan siswa untuk berkerja berpasangan dan secara lisan mengikhtisarkan bagian-bagian dari materi yang dipelajari.
Langkah-langkah model ini adalah :
a)      guru membagi siswa untuk berpasangan;
b)      guru membagikan wacana/materi tiap siswa untuk dibaca dan membuat ringkasannya;
c)      guru dan siswa menetapkan siapa yang pertama berperan sebagai pembicara dan siapa yang berperan sebagai pendengar;
d)     pembicara membacakan ringkasannya selengkap mungkin, dengan memasukkan ide-ide pokok dalam ringkasannya, sementara pendengar menyimak/mengoreksi/menunjukkan ide-ide pokok yang kurang lengkap dan membantu mengingat/menghafal ide-ide pokok dengan menghubungkan materi sebelumnya atau dengan materi lainnya;
e)      bertukar peran, semula sebagai pembicara ditukar menjadi pendengar dan sebaliknya;
f)       guru membantu siswa menyusun kesimpulan.
Kelebihan model ini adalah :
a)      melatih pendengaran, ketelitian, atau kecermatan;
b)      setiap siswa mendapat peran;
c)      melatih mengungkapkan kesalahan orang lain dengan lisan.
Kekurangan model ini adalah :
a)      hanya digunakan untuk mata pelajaran tertentu
b)      hanya dilakukan oleh dua orang (hanya melibatkan seluruh kelas sehingga hanya terbatas pada dua orang tersebut).

4.      Mind Mapping ( Pemetaan Pikiran)
Pemetaan pikiran sangat baik digunakan untuk pengetahuan awal peserta didik atau untuk menemukan alternatif jawaban.
Langkah-langkah model pemetaan pikiran adalah :
a)      guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai;
b)      guru mengemukakan konsep/permasalahan yang ingin ditanggapi oleh peserta didik sebaiknya permasalahan mempunyai alternatif jawaban;
c)      membentuk kelompok yang anggotanya 2-3 orang;
d)     tiap kelompok menginventarisasi atau mencatat alternatif jawaban jasil diskusi;
e)      tiap kelompok membacakan hasil diskusi dan guru mencatat di papan dan mengelompokkan sesuai kebutuhan guru;
f)       dari data-data di papan, peserta didik diminta membuat kesimpulan atau guru memberikan bandingan sesuai dengan konsep guru.

5.      Make A Match (Membuat Pasangan)
Model make a match merupakan salah satu jenis dari metode dalam pembelajaran kooperatif. Metode ini dikembangkan oleh Lorna Curran (1994). Salah satu keunggulan teknik ini adalah siswa mencari pasangan sambil belajar mengenai konsep atau topik, dalam suasana menyenangkan (Rusman, 2011:223). Keunggulannya adalah siswa mencari pasangan sambil belajar mengenai suatu konsep atau topik, dalam suasana yang menyenangkan.
Langkah-langkah pembelajaran make a match sebagai berikut:
a)      guru menyiapkan beberapa kartu yang berisi bebrapa konsep/topik yang cocok untuk sesi review, sebaliknya satu sisi kartu berupa  kartu soal dan sisi sebaliknya berupa kartu jawabnnya;
b)      setiap peserta didik mendapat satu buah kartu;
c)      setiap siswa mendapat kartu dan mimikirkan jawaban atau soal dari kartu yang dipegang;
d)     siswa mencari pasangan yang mempunyai kartu yang cocok dengan kartunya (kartu soal/kartu jawaban);
e)      siswa yang dapat mencocokkan kartu sebelum batas waktu diberi point;
f)       setelah babak kartu dikocok lagi agar tiap siswa mendapat kartu yang berbeda dari sebelumnya, demikian seterusnya;
g)      Kesimpulan.

6.      Think Pair and Share (Berfikir Sepasang dan Berbagi)
Think-Paire-Share merupakan salah satu model pembelajaran kooperatif sederhana yang memberi kesempatan kepada pada untuk siswa untuk bekerja sendiri serta bekerja sama dengan orang lain.
Langkah-langkah model ini adalah :
a)      guru menyampaikan materi dan kompetensi yang ingin dicapai;
b)      siswa diminta untuk berfikir tentang materi/permasalahan yang disampaikan guru;
c)      siswa diminta berpasangan dengan teman sebangkunya dan mengutarakan hasil pemikiran masing-masing;
d)     guru memimpin diskusi, tiap kelompok mengemukakan hasil diskusi;
e)      guru mengarahkan pembicaraan pada pokok permasalahan dan menambah materi yang belum diungkan siswa;
f)       guru dan siswa menarik kesimpulan;
g)      penutup.
Kelebihan model pembelajaran kooperatif tipe TPS adalah: 
a)      memungkinkan siswa untuk merumuskan dan mengajukan pertanyaan-pertanyaan mengenai materi yang diajarkan karena secara tidak langsung memperoleh contoh pertanyaan yang diajukan oleh guru, serta memperoleh kesempatan untuk memikirkan materi yang diajarkan;
b)      siswa akan terlatih menerapkan konsep karena bertukar pendapat dan pemikiran dengan temannya untuk mendapatkan kesepakatan dalam memecahkan masalah;
c)      siswa lebih aktif dalam pembelajaran karena menyelesaikan tugasnya dalam kelompok, dimana tiap kelompok hanya terdiri dari 2 orang;
d)     siswa memperoleh kesempatan untuk mempersentasikan hasil diskusinya dengan seluruh siswa sehingga ide yang ada menyebar;
e)      memungkinkan guru untuk lebih banyak memantau siswa dalam proses pembelajaran (Hartina, 2008: 12).
Adapun kelemahan model pembelajaran kooperatif tipe TPS adalah sangat sulit diterapkan di sekolah yang rata-rata kemampuan siswanya rendah dan waktu yang terbatas, sedangkan jumlah kelompok yang terbentuk banyak (Hartina, 2008: 12). Menurut Lie (2005: 46), kekurangan dari kelompok berpasangan (kelompok yang terdiri dari 2 orang siswa) adalah: 
a)      banyak kelompok yang melapor dan perlu dimonitor;
b)      lebih sedikit ide yang muncul;
c)      tidak ada penengah jika terjadi perselisihan dalam kelompok.

7.      Debat
Langkah-langkah pembelajaran menggunakan model debat :
a.       guru membagi 2 kelompok peserta debat yang satu pro dan yang lain kontra;
b.      guru memberi tugas untuk membaca materi yang akan didebatkan oleh kedua kelompok diatas;
c.       setelah selesai membaca materi, guru menunjuk salah satu anggota kelompok pro untuk berbicara dan saat itu kelompok kontra menanggapi dan seterusnya secara bergantian mengemukakan pendapat;
d.      sementara peserta didik mengemukakan pendapat, guru menulis inti dari setiap pembicaraan di papan tulis sampai sejumlah ide yang diharapkan guru terpenuhi;
e.       guru menambahkan ide yang belum terungkap;
f.       dari data tersebut, guru bersama siswa membuat kesimpulan yang mengacu pada topik yang ingin dicapai.

8. Role Playing (Bermain Peran)
Model role playing ini mengembangkan imajinasi dan penghayatan siswa dengan memerankan sebagai tokoh atau benda mati. Langkah-langkah pembelajajan menggunakan model ini adalah:
a.       guru menyusun skenario yang akan ditampilkan;
b.      menunjuk bebrapa siswa untuk mempelajari naskah sebelum kegiatan belajar mengajar;
c.       membentuk kelompok yang anggotanya 5 orang;
d.      memanggil siswa yang telah ditunjuk untuk melakonkan skenario yang telah dipersiapkan;
e.       masing-masing siswa dalam kelompok memperhatikan dan mengamati skenario yang diperagakan;
f.       setelah selesai, siswa diberikan lembar kerja untuk didiskusikan;
g.      masing-masing kelompok menyampaikan hasil diskusi;
h.      membuat kesimpulan;
i.        evaluasi;
j.        penutup.

9. Problem Based Learning (Pembelajaran Berbasis Masalah)
Langkah-langkah proses PBL menurut Amir (2010:24-25) adalah sebagai berikut :
a.       mengklarifikasi istilah dan konsep yang belum jelas;
b.      merumuskan masalah;
c.       menganalisis masalah;
d.      menata gagasan dan secara sistematis menganalisisnya;
e.       memformulasikan tujuan pembelajaran;
f.       mencari informasi tambahan dari sumber yang lain;
g.      mensintesa dan menguji informasi baru serta membuat laporan.

10. Membaca dan Menulis Terpadu yang Kooperatif
Langkah-langkah menggunakan model ini adalah :
a.       membentuk kelompok yang agotanya empat orang secara heterogen;
b.      guru memberikan wacana/kliping sesuai dengan topik pembelajaran;
c.       peserta didik saling membacakan dan menemukan ide pokok dan menanggapi wacana dan ditulis pada lembar kertas;
d.      setiap kelompok mempresentasikan hasil diskusi.
e.       membuat kesimpulan.

11. Jigsaw
Langkah pembelajaran model ini adalah :
a.       siswa dikelompokan sebanyak 1 sampai dengan 5 orang sisiwa;
b.      tiap orang dalam team diberi bagian materi berbeda;
c.       tiap orang dalam team diberi bagian materi yang ditugaskan;
d.      anggota dari team yang berbeda yang telah mempelajari bagian sub bagian yang sama bertemu dalam kelompok baru (kelompok ahli) untuk mendiskusiksn sub bab mereka;
e.       setelah selesai diskusi sebagai tim ahli tiap anggota kembali ke dalam kelompok asli dan bergantian mengajar teman satu tim mereka tentang sub bab yang mereka kusai dan tiap anggota lainnya mendengarkan dengan seksama;
f.       tiap tim ahli mempresentasikan hasil diskusi;
g.      guru memberi evaluasi;
h.      penutup.
 
12. Berbaris
Peserta didik berbaris untuk menemukan karektristik mereka, tanggal, atau benda yang berurutan, memperkiraan atau membuat pesetujuan terhadap pernyataan.
Langkah-langkah menggunakan model ini adalah:
a.       pendidik menyebutkan sebuah topik atau menyiapkan kartu kartu untuk digunakan saat berbaris;
b.      perserta didik berbaris berbanjar;
c.       pendidik menugaskan sebuah topik diskusi atau pertanyaan;
d.      peserta didik menghadap teman disampingnya saat berbaris untuk mendiskusikan pertanyaan atau topik yang diberikan.

13. Tematik
Implementasi pembelajaran tematik dilakukan dengan beberapa tahapan-tahapan sebagai berikut:
a.       perencanaan;
b.     penerapan pembelajaran;
c.      evaluasi.
Dalam tahap perencanaan pembelajaran tematik, langkah-langkah yang harus dilakukan adalah perencanaan meliputi pemetaan KD, penentuan tema, analisis indikator, penetapan jaringan tema, penyusunan silabus, dan penyusunan RPP. Sedangkan dalam tahap penerapan/pelaksanaan pembelajaran dilakukan melalui langkah-langkah kegiatan pendahuluan, inti, dan akhir. Serta dalam tahap evaluasi atau penilaian pembelajaran tematik adalah penilaian proses dan hasil. Alat penilaian yang digunakan berupa tes dan non tes, yang meliputi tes tertulis, tes lisan, tes perbuatan, catatan perkembangan siswa, portofolio.

14. Kuantum
Pembelajaran kuantum memiliki lima prinsip tetap yang serupa dengan azas utama bawalah dunia mereka ke dunia kita, dan antarkan dunia kita ke dunia mereka.  Prinsip-prinsip ini mempengaruhi seluruh aspek pembelajaran kuantum (Porter, 2002:7-8).  Prinsip-prinsip tersebut adalah:
a.       Segalanya berbicara
Segalanya dari lingkungan kelas, bahasa tubuh kita, kertas yang kita bagikan hingga rancangan pembelajaran kita, semuanya mengirim pesan tentang belajar.
b.      Segalanya bertujuan
Semua yang terjadi dalam penggubahan kita mempunyai tujuan untuk proses pembelajaran.
c.       Pengalaman sebelum pemberian nama
Proses belajar yang paling baik adalah ketika siswa telah mengalami sebuah informasi sebelum mereka memperoleh nama untuk apa yang mereka pelajari.
d.      Akui setiap usaha
Proses belajar mengandung suatu risiko.  Belajar berarti melangkah keluar dari kenyamanan.  Ketika siswa mengambil langkah ini, mereka patut mendapat pengakuan atas kecakapan dan kepercayaan diri mereka.



e.       Jika layak dipelajari, maka layak pula dirayakan
Perayaan adalah sarapan pelajar juara.  Perayaan memberikan umpan balik mengenai kemajuan dan meningkatkan asosiasi emosi positif dengan belajar.
Pembelajaran kuantum memodelkan filosofi pengajaran dan strateginya dengan maestro yang mengingatkan kita pada kerangka rancangan belajar Quantum Teaching yang dikenal sebagai TANDUR (Porter, 2002:10), diantaranya:
a.       Tumbuhkan
Menumbuhkan minat siswa dengan memuaskan “Apakah Manfaatnya BAgiKu” (AMBAK), dan memanfaatkan kehidupan pelajar.
b.      Alami
Menciptakan atau mendatangkan pengalaman umum yang dapat dimengerti oleh semua pelajar.
c.       Namai
Menyediakan kata kunci, konsep, model, rumus, strategi sehingga menjadi sebuah “masukan”.
d.      Demonstrasikan
Menyediakan kesempatan bagi pelajar untuk “menunjukkan bahwa mereka tahu”.
e.       Ulangi
Menunjukkan kepada pelajar cara-cara mengulang materi dan menegaskan, “Aku tahu bahwa aku memang tahu ini”.
f.       Rayakan
Memberi pengakuan untuk penyelesaian, partisipasi, dan pemerolehan keterampilan dan ilmu pengetahuan.

15. PAIKEM
Secara garis besar, PAIKEM dapat digambarkan sebagai berikut:
a.       siswa terlibat dalam berbagai kegiatan yang mengembangkan pemahaman dan kemampuan mereka dengan penekanan pada belajar melalui berbuat;
b.      guru menggunakan berbagai alat bantu dan berbagai cara dalam membangkitkan semangat, termasuk menggunakan lingkungan sebagai sumber belajar untuk menjadikan pembelajaran menarik, menyenangkan, dan cocok bagi siswa;
c.       guru mengatur kelas dengan memajang buku-buku dan bahan belajar yang lebih menarik dan menyediakan pojok baca
d.      guru menerapkan cara mengajar yang lebih kooperatif dan interaktif, termasuk cara belajar kelompok;
e.       guru mendorong siswa untuk menemukan caranya sendiri dalam pemecahan suatu masalah, untuk mengungkapkan gagasannya, dan melibatkan siswa dalam menciptakan lingkungan sekolahnya.

C.    Media Pembelajaran Inovatif Bahasa Indonesia SD
Kata media berasal dari bahasa latin. Media merupakan bentuk jamak dari kata medium. Arti kata media secara harfiah adalah antara, perantara atau pengantar pesan dari guru sebagai pendidik dan sumber belajar kepada siswa sebagai peserta didik dalam lingkungan belajar. Media pembelajaran adalah media yang membawa pesan-pesan atau informasi yang bertujuan instruksional atau mengandung maksud-maksud pengajaran. Media pembelajaran bisa dikatakan sebagai alat yang bisa merangsang siswa untuk terjadinya proses belajar. Sanjaya (2008) menyatakan bahwa media pembelajaran meliputi perangkat keras yang dapat mengantarkan pesan dan perangkat lunak yang mengandung pesan. Media pembelajaran dapat disimpulkan sebagai segala sesuatu yang dapat menyalurkan pesan, merangsang pikiran, perasaan, kemauan siswa sehingga mendorong terciptanya proses belajar pada diri siswa. Dengan demikian media pembelajaran inovatif adalah segala sesuatu yang dapat menyalurkan pesan, merangsang pikiran, perasaan, kemauan siswa sehingga mendorong terciptanya proses belajar pada diri siswa serta bersifat baru.
Secara umum fungsi media pembelajaran antara lain:
1.      Memperjelas pesan agar tidak terlalu verbalistis
2.      Mengatasi keterbatasan ruang, waktu, tenaga, dan daya indra
3.      Menimbulkan gairah belajar, interaksi lebih langsung antara murid dengan sumber belajar
4.      Memungkinkan anak belajar mandiri
5.      Memberi rangsangan yang sama, mempersamakan pengalaman dan menimbulkan persepsi yang sama
6.      Proses pembelajaran mengandung lima komponen komunikasi, guru (komunikator), bahan pembelajaran, media pembelajaran, siswa (komunikan), dan tujuan pembelajaran.
Bentuk dan jenis media sangat beragam.  Media berdasarkan bentuk penyajiannya dikelompokkan menjadi:
1.      Media Visual
Media visual adalah media yang hanya dapat dilihat dengan menggunakan indra penglihatan. Jenis media inilah yang sering digunakan oleh para guru untuk membantu menyampaikan isi atau materi pelajaran. Media visual terdiri atas media yang tidak dapat diproyeksikan dan media yang dapat diproyeksikan. Media yang tidak dapat diproyeksikan adalah gambar yang disajikan secara fotografik, misalnya gambar, foto, sketsa, diagaram, bagan, grafik yang ada kaitanya dengan bahan pelajaran yang akan disampaikan kepada siswa. Media yang diproyeksikan adalah media yang menggunakan alat proyeksi sehingga gambar atau tulisan tampak pada layar.
2.      Media Audio
Media audio adalah media yang mengandung pesan dalam bentuk auditif (hanya dapat didengar). Suara atau bunyi direkam dengan menggunakan alat perekam suara, kemudian diperdengarkan kembali kepada peserta didik. Program kaset suara dan program radio adalah bentuk media audio. Penggunaan media audio dalam pembelajaran pada umumnya untuk menyampaikan materi pelajaran tentang mendengarkan.

3.      Media Audio Visual
Media audio visual merupakan kombinasi audio dan visual atau bisa disebut media pandang-dengar. Audio visual akan menjadikan penyajian bahan ajar kepada siswa semakin lengkap dan optimal. Selain itu, media ini dalam batas-batas tertentu dapat juga menggantikan peran dan tugas guru. Sebab, penyajian materi bisa diganti oleh media, dan guru bisa beralih menjadi fasilitator belajar, yaitu memberikan kemudahan bagi para siswa untuk belajar. Contoh audio visual, diantaranya program video atau televisi, video atau televisi instruksional, dan program slide suara (soundslide).
Contoh media pembelajaran inovatif dalam pembelajaran Bahasa Indonesia di SD:
1.      Kartu kata
Flash card adalah kartu bergambar yang dilengkapi kata-kata, yang diperkenalkan oleh Glenn Doman, seorang dokter ahli bedah otak dari Philadelphia, Pennsylvania. Kartu ini dimainkan dengan cara diperlihatkan kepada anak dan dibacakan secara cepat, hanya dalam waktu satu detik untuk masing-masing kartu. Tujuannya adalah untuk melatih kemampuan otak kanan untuk mengingat gambar dan kata-kata, sehingga perbendaharaan kata dan kemampuan membaca anak bisa dilatih dan ditingkatkan.
Cara membuat:
Pada kartu yang panjang ditempeli sebuah gambar sederhana. Di samping gambar ditulis suatu pilihan tiga kata, satu yang sesuai dengan gambar dan dua yang mirip dengan gambar. Pada punggung kartu warnai suatu ruang untuk menyatakan kata yang benar. Kemudian disediakan jepit kertas.
Cara bermain:
Dua orang siswa memutuskan kata mana yang sepadan dengan gambar, kemudian menaruh jepit disamping kartu kata itu. Untuk mengecek baliklah kartu.
2.      Papan flannel
Papan flannel adalah papan yang berlapis kain flannel, sehingga gambar yang akan disajikan dapat dipasang dan dilepas dengan mudah dan dapat dipakai berkali-kali. Papan flannel termasuk salah satu media pembelajaran dua dimensi, yang dibuat dari kain flanel yang ditempelkan pada sebuah tripleks atau papan. Kemudian membuat guntingan-guntingan flannel yang di letakkan di bagian belakang gambar.
Langkah-langkah dan Cara Penggunakan Dalam Proses Pembelajaran:
a. Gambar yang telah diberiksan kain flanel disiapkan terlebih dahulu
b. Siapkan papan flanel dan gantungan papan flanel tersebut didepan kelas atau pada bagian yang mudah dilihat oleh pembelajar
c. Ketika pengajar akan menerangkan bahan pelajaran dengan menggunakan gambar, maka gambar dapat ditempelkan pada papan flanel yang telah dilapisi kain flannel
















BAB III
PENUTUP


A.    Simpulan
Pembelajaran inovatif dapat diartikan sebagai pembelajaran yang dirancang oleh guru, yang sifatnya baru, tidak seperti yang biasanya dilakukan, dan bertujuan untuk menfasilitasi siswa dalam membangun pengetahuan sendiri dalam rangka proses perubahan perilaku ke arah yang lebih baik sesuai dengan potensi dan perbedaan yang dimiliki siswa. Teori yang mendasari pembeljaran inovatif yaitu teori kognitif, teori humanistik atau teori sosial dan teori gestalt.
Model pembelajaran inovatif dalam pembelajaran bahasa Indonesia di sekolah dasar antara lain Examples Non Examples, Picture and Picture, Skrips Koperatif, Mind Mapping, Make a Match, Think Pair Share, Debat, Bermain Peran, Problem Based Learning, Membaca dan Menulis Terpadu yang Kooperatif, Jigsaw, Berbaris, Tematik, Kuantum, dan PAIKEM.
Media pembelajaran inovatif adalah segala sesuatu yang dapat menyalurkan pesan, merangsang pikiran, perasaan, kemauan siswa sehingga mendorong terciptanya proses belajar pada diri siswa serta bersifat baru. Media berdasarkan bentuk penyajiannya dikelompokkan menjadi (1) media visual, (2) media audio dan (3) media audio visual. Contoh media pembelajaran inovatif dalam pembelajaran Bahasa Indonesia di SD yaitu kartu kata dan papan flannel.

B.     Saran
Calon guru SD perlu memahami model dan media pembelajaran bahasa Indonesia agar dapat menerapkannya dalam pembelajaran saat menjadi guru nantinya sehingga tujuan pembelajaran yang diinginkan dapat tercapai.

DAFTAR PUSTAKA


Daryanto. 2010. Media Pembelajaran. Yogyakarta: Gava Media
Hamdani. 2011. Strategi Belajar Mengajar. Bandung: Pustaka Setia
Hatika, Tika. 2010. Pembeljaran dan Penilaian Bahasa Indonesia. Jakarta: Leuser Cita Pustaka
Sudjana, Nana dan Ahmad Rivai. 2010. Media Pengajaran. Bandung: Sinar Baru Algesindo
Hamdi. 2009. Papan Flanel dan Papan Buletin (Online). Tersedia. http://wwwsaepulhamdi.blogspot.com/2009/12/papan-flanel-dan-papan-buletin.html. (03 April 2013)
Krisitarsia. 2012. Model-model Pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia di SD (Online).  Tersedia: http://detroitnumb.blogspot.com/2012/06/model-model-pembelajaran-bahasa-dan.html (3 April 2013)
Suharmanto, Agus. 2008. Perencanaan dan Pembelajaran Inovatif. (Online). Tersedia: izaskia.files.woerdpress.com/2010/03/perencanaan-pembelajaran-inovatif.pdf (3 April 2013)