PEMBELAJARAN INOVATIF
BAHASA INDONESIA SD
MAKALAH
Disusun Guna Memenuhi
Tugas Matakuliah Pengembangan Pembelajaran Bahasa Indonesia
Dosen Pengampu: Nugraheti Sismulyasih SB, S.Pd., M.Pd.
Disusun Oleh:
1.
Dwi Sri Utami 1401410177
2. Diah Kusuma Wardani 1401410184
3. Sri Asmi 1401410186
4. Ribka Rahayu 1401410394
5. Ika Sari Listiyowati 1401410397
6. Fajar Setiawan 1401410414
PENDIDIKAN GURU SEKOLAH
DASAR S1
FAKULTAS ILMU
PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI
SEMARANG
2013
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Pendidikan merupakan batu pijakan
untuk mencapai suatu negara dan bangsa yang berkualitas baik dilihat dari aspek
psikomotorik, afektif serta kognitif yang dimiliki oleh individu dalam suatu
kelompok atau masyarakat. Oleh karena itu, diperlukan suatu pendidikan
yang menarik perhatian suatu individu
agar dapat mengembangkan ketiga aspek tersebut agar tercapainya kualitas dari
suatu bangsa dan negara.
Pendidikan di Indonesia mengalami
berbagai macam perubahan yang dapat dilihat dari kurikulum yang argumentasinya
lebih kepada kurikulum tersebut perlu diganti karena tidak sesuai dengan zaman
atau era yang sedang terjadi sehingga diperlukan suatu pembaharuan. Selain itu,
pendidikan di era modern dituntut dengan suatu hal yang baru, hal ini
dikarenakan dalam pembelajaran sekolah secara khusus berbeda-beda bergantung
dari materi, media dan metode yang digunakan. Pengajaran yang konvensional
cenderung membuat siswa merasa jenuh dengan proses pembelajaran di kelas.
Demikian pula yang terjadi pada pelajaran bahasa Indonesia yang selama ini
belum dibelajarkan secara inovatif.
Melihat kondisi tersebut, maka
diperlukan suatu pembelajaran yang menarik perhatian siswa khususnya pada
pendidikan sekolah dasar. Dalam menyajikan suatu pembelajaran yang inovatif
diperlukan suatu model dan media yang sesuai dengan materi atau topik yang
sedang dibahas. Guru sebagai ujung tombak yang mengarahkan siswa untuk mencapai
tujuan pendidikan, diharapkan dapat menggunakan model dan media pembelajaran yang
inovatif dalam membelajarkan bahasa dan sastra Indonesia di sekolah dasar.
Oleh karena itu, penulis tertarik
menyusun makalah yang berjudul “Pembelajaran Inovatif bahasa Indonesia SD”. Makalah
ini berisi deskripsi tentang model dan media pembelajaran inovatif untuk mata
pelajaran bahasa Indonesia di sekolah dasar.
B.
Rumusan
Masalah
- Apakah yang dimaksud dengan
pembelajaran inovatif?
- Apa sajakah model pembelajaran
inovatif bahasa dan sastra Indonesia di SD?
- Apa sajakah media pembelajaran
inovatif bahasa dan sastra Indonesia di SD?
C.
Tujuan
1. Mengetahui hakekat pembelajaran
inovatif.
2. Mengetahui model pembelajaran
inovatif bahasa dan sastra Indonesia di SD.
3. Mengetahui media pembelajaran
inovatif bahasa dan sastra Indonesia di SD.
BAB II
ISI
A.
Hakekat Pembelajaran Inovatif
1.
Pengertian
Pembelajaran Inovatif
Kata
“pembelajaran” adalah terjemahan dari instruction, yang banyak dipakai
di dalam dunia pendidikan di AS. Istilah ini banyak dipengaruhi oleh aliran
psikologi kognitif holistik, yang menempatkan sisiwa sebagai sumber dari
kegiatan. diasumsikan dapat mempermudah siswa mempelajari segala sesuatu lewat
berbagai macam media, seperti bahan-bahan cetak, internet, televisi, gambar,
audio, dsb., sehingga semua itu mendorong terjadinya perubahan peran guru dalam
mengelola proses belajar mengajar, dari guru sebagai sumber belajar menjadi
guru sebagai fasilitator dalam belajar mengajar. Hal ini seperti yang
diungkapkan Gagne (1992:3), yang menyatakan bahwa “Instruction is a set of
event that effect learners in such a way that learning is facilitated.”
Oleh karena itu menurut Gagne, mengajar merupakan bagian dari pembelajaran,
dengan konsekuensi peran guru lebih ditekankan kepada bagaimana merancang atau
mengaransemen berbagai sumber dan fasilitas yang tersedia untuk digunakan atau
dimanfaatkan siswa dalam mempelajari sesuatu. Kata “inovatif” berasal dari kata
sifat bahasa Inggris innovative. Kata ini berakar dari kata kerja to
innovate yang mempunyai arti menemukan (sesuatu yang baru).
Pembelajaran inovatif dapat diartikan sebagai
pembelajaran yang dirancang oleh guru, yang sifatnya baru, tidak seperti yang
biasanya dilakukan, dan bertujuan untuk menfasilitasi siswa dalam membangun
pengetahuan sendiri dalam rangka proses perubahan perilaku ke arah yang lebih
baik sesuai dengan potensi dan perbedaan yang dimiliki siswa. Dalam konteks
program belajar mengajar, program pembelajaran yang inovatif dapat berarti
program yang dibuat sebagai upaya mencari pemecahan suatu masalah. Itu
disebabkan, karena program pembelajaran tersebut belum pernah dilakukan atau
program pembelajaran yang sejenis sedang dijalankan akan tetapi perlu
perbaikan. Program pembelajaran yang sifatnya memperbaiki program pembelajaran
sebelumnya yang tidak memuaskan, hasilnya dapat digolongkan inovatif karena
mencoba untuk memecahkan masalah yang belum terpecahkan.
2. Teori
yang Mendasari Pembelajaran Inovatif
a. Teori
Kognitif
Teori
kognitif didasari perilaku yang tidak tampak dapat dipelajari secara ilmiah
seperti pada perilaku yang tampak. Perilaku yang tidak tampak merupakan proses
internal yang merupakan hasil kerja potensi psikis. David Ausubel berpendapat
bahwa belajar itu terjadi dalam organisme manusia melalui proses yang bermakna
yang menghubungkan peristiwa atau butir baru pada aspek kognitif yang ada.
Makna bukanlah respon yang tersirat tetapi merupakan pengalaman sadar yang
diartikulasikan secara jelas dan dibedakan secara tepat. Hal tersebut dapat
muncul manakala tanda, lambang, konsep, atau proposisi yang bermakna dikaitkan
dan dipadukan dalam struktur kognitif individual yang berasal dari basis
substansial dan nonkebiasaan. Teori kognitif lebih mengandalkan pikiran dan
konsep dasar yang dimiliki pembelajar daripada pengalaman. Kognitif amat
menjauhi model menghafal tetapi yang diorientasikan secara mendalam adalah
belajar bermakna dimana tiap proses pembelajaran haruslah bermakna yang mampu
mengelaborasi kognisi seseorang. Situasi belajar apa pun dapat bermakna apabila
pembelajar mempunyai seperangkat pembelajaran yang bermakna, yakni penghubungan
tugas belajar yang baru dengan apa yang sudah diketahuinya. Tugas belajar
tersebut secara potensial akan bermakna bagi pembelajar. Menurut Piaget,
manusia memiliki struktur pengetahuan dalam otaknya, seperti kotak-kotak yang
masing-masing berisi informasi bermakna yang berbeda-beda. Pengalaman yang sama
bagi beberapa orang akan dimaknai berbeda-beda oleh masing-masing individu dan
disimpan dalam kotak yang berbeda-beda. Setiap pengalaman baru dihubungkan
dengan kotak-kotak (struktur pengetahuan) dalam otak manusia.
b. Teori
Humanistik atau Teori Sosial
Proses
belajar tidak hanya terjadi karena seseorang mendapatkan stimulus dari
lingkungannya dan meresponnya tetapi terjadi pula karena pelaku belajar
berkomunikasi dengan individu lainnya. Proses belajar terjadi karena komunikasi
personal. Dalam diri pelaku belajar atau siswa terjadi transaksi akibat
komunikasi dua arah atau lebih yang masing-masing mendapat kesempatan, baik
selaku inisiator maupun mereaksi komunikasi. Komunikasi itu dapat berlangsung
secara akrab, intensif, dan mendalam. Oleh karena itu, teori humanistik
dikembangkan menjadi teori sosial, yang dikembangkan oleh Bandura. Menurut
Bandura (dalam Dahar, 1989) dalam belajar berdasarkan teori sosial terdapat
empat fase, yaitu: perhatian, retensi, reproduksi, dan motivasi. Menurut
Rogers, dalam konteks belajar yang diciptakan, manusia akan belajar apa saja
yang dia butuhkan. Konsep Rogers tersebut saat ini memberikan perubahan besar
bagi konsep pembelajaran yang bertumpu pada pembelajar. Pembelajar itu sangat
individual. Oleh karena itu, jika ingin berhasil dalam pembelajaran, perhatikan
kebutuhan individual dalam belajar. Untuk mengadaptasi konsep Rogers dalam
pembelajaran, perlu memahami bahwa pembelajar adalah organisme yang butuh
memahami dirinya sendiri dan mengkomunikasikan dirinya kepada orang lain secara
bebas dan aman.
c. Teori
Gestalt
Psikologi
Gestalt memandang unsur-unsur yang terlibat dalam proses belajar tidak
terpisahkan tetapi merupakan totalitas dalam membentuk medan belajar. Oleh
karena itu teori Gestalt disebut pula dengan teori medan. Menurut Lewin
perubahan tingkah laku merupakan indikator hasil belajar yang diperoleh dan
lingkungan yang disediakan difungsikan untuk memfasilitasi potensi internal
yang terdapat dalam diri pelaku belajar. Selain itu, diuraikan juga pentingnya
motivasi dalam pembelajaran. Motivasi adalah faktor yang dapat mendorong setiap
individu untuk berperilaku. Motivasi muncul karena adanya daya tarik tertentu
dan juga bisa muncul karena pengalaman yang menyenangkan, misalnya pengalaman
kesuksesan.
B.
Model
Pembelajaran Inovatif dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia di Sekolah Dasar
Ada
berbagai model pembelajaran yang dapat dilaksanakan dalam mencapai kompetensi
berbahasa, yaitu model pembelajaran dengan pendekatan komunikatif dan
kontekstual dalam pembelajaran bahasa Indonesia, antara lain:
1.
Example Non Example (Contoh-Noncontoh)
Model Example Non Example adalah model pembelajaran dengan metode belajar
yang menggunakan contoh-contoh. Contoh-contoh dapat diproleh dari kasus atau
gambar yang relevan dengan KD.
Langkah-langkah dalam pembelajaran
sebagai berikut :
a) guru
menyiapkan gambar-gambar yang sesuai dengan tujuan pembelajaran;
b) guru
menempelkan gambar di papan atau ditayangkan melalui OHP;
c) guru
memberi petunjuk dan memberi kesempatan siswa untuk mengamatai dan menganalisis
gambar;
d) melalui
diskusi kelompok 2-3 orang siswa, hasil diskusi dari analisis gambar dicatat
pada kertas;
e) setiap
kelompok diberi kesempatan membacakan hasil diskusinya;
f) mulai
dari komentar atau hasil diskusi guru mulai menjelaskan materi sesuai dengan
tujuan yang ingin dicapai;
g) kesimpulan.
Kelebihan model ini adalah :
a) siswa
lebih kritis dalam menganalisa gambar;
b) siswa
lebih mengetahui aplikasi dan materi berupa contoh gambar;
c) siswa
diberi kesempatan untuk mengemukakan pendapat.
Kekurangan
model ini adalah :
a) tidak
semua materi dapat disajikan dalam bentuk gambar;
b) memakan
waktu yang lama.
2.
Picture and Picture ( Gambar ke Gambar)
Model
Picture and Picture adalah suatu
model dengan metode yang menggunakan gambar dipasangkan atau diurutkan menjadi
urutan yang logis.
Langkah-langkah
menggunakan model ini adalah :
a) guru
menyajikan kompetensi yang ingin dicapai;
b) guru
menyajikan materi sebagai pengantar;
c) guru
menunjukkan atau memperlihatkan gambar-gambar yang berkaitan dengan materi;
d) guru
menunjuk atau memanggil siswa secara bergantian untuk memasangkan atau
mengurutkan gambar menjadi urutan yang logis;
e) guru
menanyakan alasan atau dasar pemikiran urutan gambar tersebut;
f) dari
urutan gambar, guru menanamkan konsep atau materi sesuai dengan kompetensi yang
ingin dicapai;
g) kesimpulan
atau rangkuman.
Kelebihan
model ini adalah :
a) Guru
lebih mengetahuai kemampuan tiap-tiap siswa;
b) Melatih
siswa untuk berfikir logis dan sistematis.
Adapun kekurangan dari metode ini adalah
memakan banyak waktu dan banyak siswa yang pasif.
3.
Cooperative Script ( Skrip Kooperatif)
Skrip
kooperatif adalah model yang menggunakan metode belajar yang mengarahkan siswa
untuk berkerja berpasangan dan secara lisan mengikhtisarkan bagian-bagian dari
materi yang dipelajari.
Langkah-langkah
model ini adalah :
a) guru
membagi siswa untuk berpasangan;
b) guru membagikan wacana/materi tiap siswa untuk dibaca dan
membuat ringkasannya;
c) guru dan siswa menetapkan siapa yang pertama berperan sebagai
pembicara dan siapa yang berperan sebagai pendengar;
d) pembicara membacakan ringkasannya selengkap mungkin, dengan
memasukkan ide-ide pokok dalam ringkasannya, sementara pendengar
menyimak/mengoreksi/menunjukkan ide-ide pokok yang kurang lengkap dan membantu
mengingat/menghafal ide-ide pokok dengan menghubungkan materi sebelumnya atau
dengan materi lainnya;
e) bertukar peran, semula sebagai pembicara ditukar menjadi
pendengar dan sebaliknya;
f) guru membantu siswa menyusun kesimpulan.
Kelebihan
model ini adalah :
a) melatih
pendengaran, ketelitian, atau kecermatan;
b) setiap
siswa mendapat peran;
c) melatih
mengungkapkan kesalahan orang lain dengan lisan.
Kekurangan
model ini adalah :
a) hanya
digunakan untuk mata pelajaran tertentu
b) hanya
dilakukan oleh dua orang (hanya melibatkan seluruh kelas sehingga hanya
terbatas pada dua orang tersebut).
4.
Mind Mapping ( Pemetaan Pikiran)
Pemetaan
pikiran sangat baik digunakan untuk pengetahuan awal peserta didik atau untuk
menemukan alternatif jawaban.
Langkah-langkah
model pemetaan pikiran adalah :
a) guru
menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai;
b) guru
mengemukakan konsep/permasalahan yang ingin ditanggapi oleh peserta didik
sebaiknya permasalahan mempunyai alternatif jawaban;
c) membentuk
kelompok yang anggotanya 2-3 orang;
d) tiap
kelompok menginventarisasi atau mencatat alternatif jawaban jasil diskusi;
e) tiap
kelompok membacakan hasil diskusi dan guru mencatat di papan dan mengelompokkan
sesuai kebutuhan guru;
f) dari
data-data di papan, peserta didik diminta membuat kesimpulan atau guru
memberikan bandingan sesuai dengan konsep guru.
5.
Make A Match (Membuat Pasangan)
Model
make a match merupakan salah satu
jenis dari metode dalam pembelajaran kooperatif. Metode ini dikembangkan oleh
Lorna Curran (1994). Salah satu keunggulan teknik ini adalah siswa mencari
pasangan sambil belajar mengenai konsep atau topik, dalam suasana menyenangkan (Rusman,
2011:223). Keunggulannya adalah siswa mencari pasangan sambil belajar mengenai
suatu konsep atau topik, dalam suasana yang menyenangkan.
Langkah-langkah
pembelajaran make a match sebagai
berikut:
a) guru
menyiapkan beberapa kartu yang berisi bebrapa konsep/topik yang cocok untuk
sesi review, sebaliknya satu sisi kartu berupa
kartu soal dan sisi sebaliknya berupa kartu jawabnnya;
b) setiap
peserta didik mendapat satu buah kartu;
c) setiap
siswa mendapat kartu dan mimikirkan jawaban atau soal dari kartu yang dipegang;
d) siswa
mencari pasangan yang mempunyai kartu yang cocok dengan kartunya (kartu
soal/kartu jawaban);
e) siswa
yang dapat mencocokkan kartu sebelum batas waktu diberi point;
f) setelah
babak kartu dikocok lagi agar tiap siswa mendapat kartu yang berbeda dari
sebelumnya, demikian seterusnya;
g) Kesimpulan.
6.
Think Pair and Share (Berfikir Sepasang dan Berbagi)
Think-Paire-Share merupakan salah satu model pembelajaran kooperatif sederhana
yang memberi kesempatan kepada pada untuk siswa untuk bekerja sendiri serta
bekerja sama dengan orang lain.
Langkah-langkah model ini adalah :
a) guru menyampaikan materi dan kompetensi yang ingin dicapai;
b) siswa diminta untuk berfikir tentang materi/permasalahan yang
disampaikan guru;
c) siswa diminta berpasangan dengan teman sebangkunya dan
mengutarakan hasil pemikiran masing-masing;
d) guru memimpin diskusi, tiap kelompok mengemukakan hasil
diskusi;
e) guru mengarahkan pembicaraan pada pokok permasalahan dan
menambah materi yang belum diungkan siswa;
f) guru dan siswa menarik kesimpulan;
g) penutup.
Kelebihan model pembelajaran kooperatif tipe TPS
adalah:
a)
memungkinkan siswa untuk
merumuskan dan mengajukan pertanyaan-pertanyaan mengenai
materi yang diajarkan karena secara tidak langsung memperoleh contoh pertanyaan
yang diajukan oleh guru, serta memperoleh kesempatan untuk memikirkan materi
yang diajarkan;
b)
siswa akan terlatih menerapkan konsep karena bertukar
pendapat dan pemikiran dengan temannya untuk mendapatkan kesepakatan dalam
memecahkan masalah;
c) siswa lebih
aktif dalam pembelajaran karena menyelesaikan tugasnya dalam kelompok, dimana
tiap kelompok hanya terdiri dari 2 orang;
d) siswa
memperoleh kesempatan untuk mempersentasikan hasil diskusinya dengan seluruh
siswa sehingga ide yang ada menyebar;
e) memungkinkan
guru untuk lebih banyak memantau siswa dalam proses pembelajaran (Hartina,
2008: 12).
Adapun kelemahan model pembelajaran kooperatif tipe
TPS adalah sangat sulit diterapkan di sekolah yang rata-rata kemampuan siswanya
rendah dan waktu yang terbatas, sedangkan jumlah kelompok yang terbentuk banyak
(Hartina, 2008: 12). Menurut Lie (2005: 46), kekurangan dari kelompok
berpasangan (kelompok yang terdiri dari 2 orang siswa) adalah:
a) banyak
kelompok yang melapor dan perlu dimonitor;
b) lebih
sedikit ide yang muncul;
c) tidak ada
penengah jika terjadi perselisihan dalam kelompok.
7.
Debat
Langkah-langkah
pembelajaran menggunakan model debat :
a. guru
membagi 2 kelompok peserta debat yang satu pro dan yang lain kontra;
b. guru
memberi tugas untuk membaca materi yang akan didebatkan oleh kedua kelompok diatas;
c. setelah
selesai membaca materi, guru menunjuk salah satu anggota kelompok pro untuk
berbicara dan saat itu kelompok kontra menanggapi dan seterusnya secara
bergantian mengemukakan pendapat;
d. sementara
peserta didik mengemukakan pendapat, guru menulis inti dari setiap pembicaraan
di papan tulis sampai sejumlah ide yang diharapkan guru terpenuhi;
e. guru
menambahkan ide yang belum terungkap;
f. dari
data tersebut, guru bersama siswa membuat kesimpulan yang mengacu pada topik
yang ingin dicapai.
8.
Role Playing (Bermain Peran)
Model
role playing ini mengembangkan
imajinasi dan penghayatan siswa dengan memerankan sebagai tokoh atau benda
mati. Langkah-langkah pembelajajan menggunakan model ini adalah:
a. guru
menyusun skenario yang akan ditampilkan;
b. menunjuk
bebrapa siswa untuk mempelajari naskah sebelum kegiatan belajar mengajar;
c. membentuk
kelompok yang anggotanya 5 orang;
d. memanggil
siswa yang telah ditunjuk untuk melakonkan skenario yang telah dipersiapkan;
e. masing-masing
siswa dalam kelompok memperhatikan dan mengamati skenario yang diperagakan;
f. setelah
selesai, siswa diberikan lembar kerja untuk didiskusikan;
g. masing-masing
kelompok menyampaikan hasil diskusi;
h. membuat
kesimpulan;
i.
evaluasi;
j.
penutup.
9.
Problem Based Learning (Pembelajaran
Berbasis Masalah)
Langkah-langkah
proses PBL menurut Amir (2010:24-25) adalah sebagai berikut :
a. mengklarifikasi
istilah dan konsep yang belum jelas;
b. merumuskan
masalah;
c. menganalisis
masalah;
d. menata
gagasan dan secara sistematis menganalisisnya;
e. memformulasikan
tujuan pembelajaran;
f. mencari
informasi tambahan dari sumber yang lain;
g. mensintesa
dan menguji informasi baru serta membuat laporan.
10.
Membaca dan Menulis Terpadu yang Kooperatif
Langkah-langkah
menggunakan model ini adalah :
a. membentuk
kelompok yang agotanya empat orang secara heterogen;
b. guru
memberikan wacana/kliping sesuai dengan topik pembelajaran;
c. peserta
didik saling membacakan dan menemukan ide pokok dan menanggapi wacana dan
ditulis pada lembar kertas;
d. setiap
kelompok mempresentasikan hasil diskusi.
e. membuat
kesimpulan.
11.
Jigsaw
Langkah
pembelajaran model ini adalah :
a. siswa
dikelompokan sebanyak 1 sampai dengan 5 orang sisiwa;
b. tiap
orang dalam team diberi bagian materi berbeda;
c. tiap
orang dalam team diberi bagian materi yang ditugaskan;
d. anggota
dari team yang berbeda yang telah mempelajari bagian sub bagian yang sama
bertemu dalam kelompok baru (kelompok ahli) untuk mendiskusiksn sub bab mereka;
e. setelah
selesai diskusi sebagai tim ahli tiap anggota kembali ke dalam kelompok
asli dan bergantian mengajar teman satu tim mereka tentang sub bab yang
mereka kusai dan tiap anggota lainnya mendengarkan dengan seksama;
f. tiap
tim ahli mempresentasikan hasil diskusi;
g. guru
memberi evaluasi;
h. penutup.
12.
Berbaris
Peserta didik
berbaris untuk menemukan karektristik mereka, tanggal, atau benda yang
berurutan, memperkiraan atau membuat pesetujuan terhadap pernyataan.
Langkah-langkah
menggunakan model ini adalah:
a. pendidik
menyebutkan sebuah topik atau menyiapkan kartu kartu untuk digunakan saat
berbaris;
b. perserta
didik berbaris berbanjar;
c. pendidik
menugaskan sebuah topik diskusi atau pertanyaan;
d. peserta
didik menghadap teman disampingnya saat berbaris untuk mendiskusikan pertanyaan
atau topik yang diberikan.
13.
Tematik
Implementasi pembelajaran tematik dilakukan dengan
beberapa tahapan-tahapan sebagai berikut:
a.
perencanaan;
b.
penerapan
pembelajaran;
c.
evaluasi.
Dalam tahap perencanaan
pembelajaran tematik, langkah-langkah yang harus dilakukan adalah perencanaan
meliputi pemetaan KD, penentuan tema, analisis indikator, penetapan jaringan
tema, penyusunan silabus, dan penyusunan RPP. Sedangkan dalam tahap
penerapan/pelaksanaan pembelajaran dilakukan melalui langkah-langkah kegiatan
pendahuluan, inti, dan akhir. Serta dalam tahap evaluasi atau penilaian
pembelajaran tematik adalah penilaian proses dan hasil. Alat penilaian yang
digunakan berupa tes dan non tes, yang meliputi tes tertulis, tes lisan, tes
perbuatan, catatan perkembangan siswa, portofolio.
14.
Kuantum
Pembelajaran
kuantum memiliki lima prinsip tetap yang serupa dengan azas utama bawalah dunia
mereka ke dunia kita, dan antarkan dunia kita ke dunia mereka. Prinsip-prinsip ini mempengaruhi seluruh
aspek pembelajaran kuantum (Porter, 2002:7-8).
Prinsip-prinsip tersebut adalah:
a.
Segalanya berbicara
Segalanya dari lingkungan kelas, bahasa tubuh kita,
kertas yang kita bagikan hingga rancangan pembelajaran kita, semuanya mengirim
pesan tentang belajar.
b.
Segalanya bertujuan
Semua yang terjadi dalam penggubahan kita mempunyai
tujuan untuk proses pembelajaran.
c.
Pengalaman sebelum pemberian nama
Proses belajar yang paling baik adalah ketika siswa
telah mengalami sebuah informasi sebelum mereka memperoleh nama untuk apa yang
mereka pelajari.
d.
Akui setiap usaha
Proses belajar mengandung suatu risiko. Belajar berarti melangkah keluar dari
kenyamanan. Ketika siswa mengambil
langkah ini, mereka patut mendapat pengakuan atas kecakapan dan kepercayaan
diri mereka.
e.
Jika layak dipelajari, maka layak pula
dirayakan
Perayaan adalah sarapan pelajar juara. Perayaan memberikan umpan balik mengenai
kemajuan dan meningkatkan asosiasi emosi positif dengan belajar.
Pembelajaran kuantum memodelkan filosofi pengajaran
dan strateginya dengan maestro yang mengingatkan kita pada kerangka rancangan
belajar Quantum Teaching yang dikenal sebagai TANDUR (Porter, 2002:10),
diantaranya:
a. Tumbuhkan
Menumbuhkan minat siswa dengan memuaskan “Apakah
Manfaatnya BAgiKu” (AMBAK), dan memanfaatkan kehidupan pelajar.
b. Alami
Menciptakan atau mendatangkan pengalaman umum yang
dapat dimengerti oleh semua pelajar.
c. Namai
Menyediakan kata kunci, konsep, model, rumus,
strategi sehingga menjadi sebuah “masukan”.
d. Demonstrasikan
Menyediakan kesempatan bagi pelajar untuk
“menunjukkan bahwa mereka tahu”.
e. Ulangi
Menunjukkan kepada pelajar cara-cara mengulang
materi dan menegaskan, “Aku tahu bahwa aku memang tahu ini”.
f. Rayakan
Memberi pengakuan untuk penyelesaian, partisipasi,
dan pemerolehan keterampilan dan ilmu pengetahuan.
15.
PAIKEM
Secara garis besar, PAIKEM dapat digambarkan sebagai berikut:
a. siswa terlibat dalam berbagai kegiatan yang mengembangkan
pemahaman dan kemampuan mereka dengan penekanan pada belajar melalui berbuat;
b. guru menggunakan berbagai alat bantu dan berbagai cara dalam
membangkitkan semangat, termasuk menggunakan lingkungan sebagai sumber belajar
untuk menjadikan pembelajaran menarik, menyenangkan, dan cocok bagi siswa;
c. guru mengatur kelas dengan memajang buku-buku dan bahan
belajar yang lebih menarik dan menyediakan pojok baca
d. guru menerapkan cara mengajar yang lebih kooperatif dan
interaktif, termasuk cara belajar kelompok;
e. guru mendorong siswa untuk menemukan caranya sendiri dalam
pemecahan suatu masalah, untuk mengungkapkan gagasannya, dan melibatkan siswa
dalam menciptakan lingkungan sekolahnya.
C. Media Pembelajaran Inovatif Bahasa Indonesia SD
Kata media berasal dari bahasa latin. Media
merupakan bentuk jamak dari kata medium. Arti kata media secara harfiah adalah
antara, perantara atau pengantar pesan dari guru sebagai pendidik dan sumber
belajar kepada siswa sebagai peserta didik dalam lingkungan belajar. Media
pembelajaran adalah media yang membawa pesan-pesan atau informasi yang
bertujuan instruksional atau mengandung maksud-maksud pengajaran. Media
pembelajaran bisa dikatakan sebagai alat yang bisa merangsang siswa untuk
terjadinya proses belajar. Sanjaya (2008) menyatakan bahwa media pembelajaran
meliputi perangkat keras yang dapat mengantarkan pesan dan perangkat lunak yang
mengandung pesan. Media pembelajaran dapat disimpulkan sebagai segala sesuatu
yang dapat menyalurkan pesan, merangsang pikiran, perasaan, kemauan siswa
sehingga mendorong terciptanya proses belajar pada diri siswa. Dengan demikian
media pembelajaran inovatif adalah segala sesuatu yang dapat menyalurkan pesan,
merangsang pikiran, perasaan, kemauan siswa sehingga mendorong terciptanya
proses belajar pada diri siswa serta bersifat baru.
Secara umum fungsi media pembelajaran antara
lain:
1.
Memperjelas pesan agar tidak
terlalu verbalistis
2.
Mengatasi keterbatasan ruang,
waktu, tenaga, dan daya indra
3.
Menimbulkan gairah belajar,
interaksi lebih langsung antara murid dengan sumber belajar
4.
Memungkinkan anak belajar
mandiri
5.
Memberi rangsangan yang sama,
mempersamakan pengalaman dan menimbulkan persepsi yang sama
6.
Proses pembelajaran
mengandung lima komponen komunikasi, guru (komunikator), bahan pembelajaran,
media pembelajaran, siswa (komunikan), dan tujuan pembelajaran.
Bentuk dan jenis media sangat
beragam. Media berdasarkan bentuk
penyajiannya dikelompokkan menjadi:
1.
Media Visual
Media visual adalah media
yang hanya dapat dilihat dengan menggunakan indra penglihatan. Jenis media
inilah yang sering digunakan oleh para guru untuk membantu menyampaikan isi
atau materi pelajaran. Media visual terdiri atas media yang tidak dapat
diproyeksikan dan media yang dapat diproyeksikan. Media yang tidak dapat
diproyeksikan adalah gambar yang disajikan secara fotografik, misalnya gambar,
foto, sketsa, diagaram, bagan, grafik yang ada kaitanya dengan bahan pelajaran
yang akan disampaikan kepada siswa. Media yang diproyeksikan adalah media yang
menggunakan alat proyeksi sehingga gambar atau tulisan tampak pada layar.
2.
Media Audio
Media audio adalah media yang
mengandung pesan dalam bentuk auditif (hanya dapat didengar). Suara atau bunyi
direkam dengan menggunakan alat perekam suara, kemudian diperdengarkan kembali
kepada peserta didik. Program kaset suara dan program radio adalah bentuk media
audio. Penggunaan media audio dalam pembelajaran pada umumnya untuk
menyampaikan materi pelajaran tentang mendengarkan.
3.
Media Audio Visual
Media audio visual merupakan
kombinasi audio dan visual atau bisa disebut media pandang-dengar. Audio visual
akan menjadikan penyajian bahan ajar kepada siswa semakin lengkap dan optimal.
Selain itu, media ini dalam batas-batas tertentu dapat juga menggantikan peran
dan tugas guru. Sebab, penyajian materi bisa diganti oleh media, dan guru bisa
beralih menjadi fasilitator belajar, yaitu memberikan kemudahan bagi para siswa
untuk belajar. Contoh audio visual, diantaranya program video atau televisi,
video atau televisi instruksional, dan program slide suara (soundslide).
Contoh media
pembelajaran inovatif dalam pembelajaran Bahasa Indonesia di SD:
1.
Kartu
kata
Flash
card
adalah kartu bergambar yang dilengkapi kata-kata, yang diperkenalkan oleh Glenn
Doman, seorang dokter ahli bedah otak dari Philadelphia, Pennsylvania. Kartu
ini dimainkan dengan cara diperlihatkan kepada anak dan dibacakan secara cepat,
hanya dalam waktu satu detik untuk masing-masing kartu. Tujuannya adalah untuk
melatih kemampuan otak kanan untuk mengingat gambar dan kata-kata, sehingga
perbendaharaan kata dan kemampuan membaca anak bisa dilatih dan ditingkatkan.
Cara
membuat:
Pada
kartu yang panjang ditempeli sebuah gambar sederhana. Di samping gambar ditulis
suatu pilihan tiga kata, satu yang sesuai dengan gambar dan dua yang mirip
dengan gambar. Pada punggung kartu warnai suatu ruang untuk menyatakan kata
yang benar. Kemudian disediakan jepit kertas.
Cara
bermain:
Dua
orang siswa memutuskan kata mana yang sepadan dengan gambar, kemudian menaruh
jepit disamping kartu kata itu. Untuk mengecek baliklah kartu.
2.
Papan
flannel
Papan flannel adalah
papan yang berlapis kain flannel, sehingga gambar yang akan disajikan dapat
dipasang dan dilepas dengan mudah dan dapat dipakai berkali-kali. Papan flannel
termasuk salah satu media pembelajaran dua dimensi, yang dibuat dari kain flanel
yang ditempelkan pada sebuah tripleks atau papan. Kemudian membuat guntingan-guntingan
flannel yang di letakkan di bagian belakang gambar.
Langkah-langkah dan Cara Penggunakan
Dalam Proses Pembelajaran:
a. Gambar yang telah diberiksan kain
flanel disiapkan terlebih dahulu
b. Siapkan papan flanel dan gantungan
papan flanel tersebut didepan kelas atau pada bagian yang mudah dilihat oleh
pembelajar
c. Ketika pengajar akan
menerangkan bahan pelajaran dengan menggunakan gambar, maka gambar dapat
ditempelkan pada papan flanel yang telah dilapisi kain flannel
BAB III
PENUTUP
A.
Simpulan
Pembelajaran inovatif dapat diartikan sebagai
pembelajaran yang dirancang oleh guru, yang sifatnya baru, tidak seperti yang
biasanya dilakukan, dan bertujuan untuk menfasilitasi siswa dalam membangun
pengetahuan sendiri dalam rangka proses perubahan perilaku ke arah yang lebih
baik sesuai dengan potensi dan perbedaan yang dimiliki siswa. Teori yang
mendasari pembeljaran inovatif yaitu teori kognitif, teori humanistik atau
teori sosial dan teori gestalt.
Model
pembelajaran inovatif dalam pembelajaran bahasa Indonesia di sekolah dasar
antara lain Examples Non Examples, Picture and Picture, Skrips Koperatif, Mind Mapping, Make a Match, Think Pair
Share, Debat, Bermain Peran, Problem
Based Learning, Membaca dan Menulis Terpadu yang Kooperatif, Jigsaw,
Berbaris, Tematik, Kuantum, dan PAIKEM.
Media
pembelajaran inovatif adalah segala sesuatu yang dapat menyalurkan pesan,
merangsang pikiran, perasaan, kemauan siswa sehingga mendorong terciptanya
proses belajar pada diri siswa serta bersifat baru. Media
berdasarkan bentuk penyajiannya dikelompokkan menjadi (1) media visual, (2) media audio dan (3) media audio visual. Contoh
media pembelajaran inovatif dalam pembelajaran Bahasa Indonesia di SD yaitu kartu
kata dan papan flannel.
B.
Saran
Calon
guru SD perlu memahami model dan media pembelajaran bahasa Indonesia agar dapat
menerapkannya dalam pembelajaran saat menjadi guru nantinya sehingga tujuan
pembelajaran yang diinginkan dapat tercapai.
DAFTAR PUSTAKA
Daryanto.
2010. Media Pembelajaran. Yogyakarta:
Gava Media
Hamdani.
2011. Strategi Belajar Mengajar.
Bandung: Pustaka Setia
Hatika, Tika. 2010. Pembeljaran dan Penilaian Bahasa Indonesia. Jakarta: Leuser Cita
Pustaka
Hamdi.
2009. Papan Flanel dan Papan Buletin (Online). Tersedia. http://wwwsaepulhamdi.blogspot.com/2009/12/papan-flanel-dan-papan-buletin.html.
(03
April 2013)
Krisitarsia. 2012. Model-model Pembelajaran bahasa dan sastra
Indonesia di SD (Online). Tersedia: http://detroitnumb.blogspot.com/2012/06/model-model-pembelajaran-bahasa-dan.html
(3 April 2013)
Suharmanto, Agus. 2008. Perencanaan dan Pembelajaran Inovatif.
(Online). Tersedia:
izaskia.files.woerdpress.com/2010/03/perencanaan-pembelajaran-inovatif.pdf (3
April 2013)