LAPORAN HASIL
OBSERVASI ANAK TUNARUNGU DI SLB N KENDAL
Disusun untuk Memenuhi Tugas Tengah Semester Empat Mata Kuliah Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus
Dosen Pengampu : Bapak
Jaino
Oleh :
FAJAR SETIAWAN
1401410414
Rombel : 05
PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI
SEMARANG
2012
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat
dan karunia-Nya sehingga penyusun dapat menyelesaikan laporan hasil observasi Anak Tunarungu.
Laporan ini disusun guna memenuhi tugas tengah semester empat mata kuliah Pendidikan
Anak Berkebutuhan Khusus.
Penulis sangat berterima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam
proses penyusunan laporan ini.
Laporan ini disusun berdasarkan data yang diperoleh dari
hasil observasi, interview dan data sekunder dengan pihak yang bersangkutan.
Penyusun menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari
sempurna. Untuk itu saran dan kritik yang bersifat membangun sangat penyusun
harapkan. Semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
Kendal, 19 mei 2012
Observer
BAB
I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang Masalah
Anak adalah partisipan aktif di dalam proses perkembangan ketimbang sebagai resipien aktif
perkembangan biologis atau stimulasi eksternal(Jean Peaget). Jelasnya,
piaget yakin bahwa anak harus dipandang seperti seorang ilmuwan yang sedang mencari jawaban yang melakukan eksperimen
terhadap dunia untuk
melihat
apa yang terjadi.
Masa
anak-anak adalah masa yang paling indah karena penuh dengan kegiatan
bermain,belajar dan bersosialisasi sesama teman. Dunia anak-anak penuh dengan
imajinasi dan kreasi. Tetapi apakah masa itu juga di alami oleh anak tuna rungu? Anak Tunarungu adalah istilah yang menunjuk
pada kondisi ketidakfungsian organ pendengaran atau telinga seseorang. Kondisi
ini menyebabkan mereka mengalami hambatan atau keterbatasan dalam merespon
bunyi-bunyi yang ada di sekitarnya.
Anak tuna rungu pada dasarnya mempunyai hak sama seperti
anak pada umumnya, namun kalau kita lihat anak-anak yang memiliki kekurangan
seperti pada anak tunarungu dipandang sebelah mata, sebenarnya anak-anak yang
mempunyai kekurangan seperti tunarungu mempunyai kelebihan yang lebih daripada
anak normal lainnya misalnya melukis, menyulam, membordir dan masih banyak yang
lain.
Maka dari itu,diharapkan baik
calon guru maupun guru mampu mengetahui, memahami dan memperlakukan anak-anak yang mengalami
kelainan fisik dengan baik dan benar agar nantinya dapat mengoptimalkan
kemampuan mereka.
B. Rumusan
Masalah
1.
Apa jenis-jenis
tunarungu?
2.
Seperti apakah karakteristik anak tunarungu?
3.
Seperti apakah
layanan yang diberikan pada anak tunarungu?
4.
Apa hambatan dan
rintangan dalam memberi layanan pada anak tunarungu?
C.
Tujuan
1.
Mengetahui
jenis-jenis tunarungu.
2.
Mengetahui
karakteristik anak tunarungu.
3.
Mengetahui layanan
yang diberikan pada anak tunarungu.
4.
Mengetahui hambatan
dan rintangan dalam memberi layanan pada anak tunarungu.
D.
Manfaat
Manfaat
observasi yaitu membekali mahasiswa pada umumnya dan mahasiswa jurusan
kependidikan pada khususnya untuk memahami konteks anak tunarungu secara menyeluruh.
Selain itu, peneliti memperoleh pengalaman langsung melalui tindakan meneliti
hal-hal yang kurang diamati oleh orang lain. Dengan demikian diharapkan
mahasiswa memiliki kemempuan dan keterampilan untuk melakukan proses
pembelajaran bagi anak tunarungu
meskipun pembelajaran dilakukan di SD inklusi.
BAB II
KAJIAN TEORI
1.
Jenis-jenis Tunarungu
Easterbrooks
(1997) mengemukakan bahwa terdapat tiga jenis utama ketunarunguan menurut
lokasi ganguannya:
1.
Conductive loss, yaitu ketunarunguan
yang terjadi bila terdapat gangguan pada bagian luar atau tengah telinga yang
menghambat dihantarkannya gelombang bunyi ke bagian dalam telinga.
2.
Sensorineural loss, yaitu
ketunarunguan yang terjadi bila terdapat kerusakan pada bagian dalam telinga
atau syaraf auditer yang mengakibatkan terhambatnya pengiriman pesan bunyi ke
otak.
3.
Central auditory processing
disorder, yaitu gangguan pada sistem syaraf pusat proses auditer yang
mengakibatkan individu mengalami kesulitan memahami apa yang didengarnya
meskipun tidak ada gangguan yang spesifik pada telinganya itu sendiri. Anak
yang mengalami gangguan pusat pemerosesan auditer ini mungkin memiliki
pendengaran yang normal bila diukur dengan audiometer, tetapi mereka sering
mengalami kesulitan memahami apa yang didengarnya.
2.
Karakteristik anak tunarungu
A. Karakteristik
anak tunarungu dalam aspek akademik
Keterbatasan
dalam kemampuan berbicara dan berbahasa mengakibatkan anak tunarungu cenderung
memiliki prestasi yang rendah dalam mata pelajaran yang bersifat verbal dan
cenderung sama dalam mata pelajaran yang bersifat non verbal dengan anak normal
seusianya.
B. Karakteristik
anak tunarungu dalam aspek sosial-emosional adalah sebagai berikut:
a.
Pergaulan terbatas dengan sesama
tunarungu, sebagai akibat dari keterbatasan dalam kemampuan berkomunikasi.
b.
Sifat ego-sentris yang melebihi anak
normal, yang ditunjukkan dengan sukarnya mereka menempatkan diri pada situasi
berpikir dan perasaan orang lain, sukarnya menye-suaikan diri, serta
tindakannya lebih terpusat pada “aku/ego”, sehingga kalau ada keinginan, harus
selalu dipenuhi.
c.
Perasaan takut (khawatir) terhadap
lingkungan sekitar, yang menyebabkan ia tergantung pada orang lain serta kurang
percaya diri.
d.
Perhatian anak tunarungu sukar
dialihkan, apabila ia sudah menyenangi suatu benda atau pekerjaan tertentu.
e.
Memiliki sifat polos, serta
perasaannya umumnya dalam keadaan ekstrim tanpa banyak nuansa.
f.
Cepat marah dan mudah tersinggung,
sebagai akibat seringnya mengalami kekecewaan karena sulitnya menyampaikan
perasaan/keinginannya secara lisan ataupun dalam memahami pembicaraan orang
lain.
C. Karakteristik
tunarungu dari segi fisik/kesehatan adalah sebagai berikut.
Jalannya kaku dan agak membungkuk (jika organ keseimbangan yang ada pada telinga bagian dalam terganggu); gerak matanya lebih cepat; gerakan tangannya cepat/lincah; dan pernafasannya pendek; sedangkan dalam aspek kesehatan, pada umumnya sama dengan orang yang normal lainnya.
Jalannya kaku dan agak membungkuk (jika organ keseimbangan yang ada pada telinga bagian dalam terganggu); gerak matanya lebih cepat; gerakan tangannya cepat/lincah; dan pernafasannya pendek; sedangkan dalam aspek kesehatan, pada umumnya sama dengan orang yang normal lainnya.
3.
Layanan yang diberikan pada anak tunarungu.
Sebagaimana
anak lainnya yang mendengar, anak tunarungu membutuhkan pendidikan untuk
mengembangkan potensinya secara optimal. Untuk memenuhi kebutuhan tersebut,
diperlukan layanan pendidikan yang disesuaikan dengan karakteristik, kemampuan,
dan ketidakmampuannya. Di samping sebagai kebutuhan, pemberian layanan
pendidikan kepada anak tunarungu, didasari oleh beberapa landasan, yaitu
landasan agama, kemanusiaan, hukum, dan pedagogis. Ditinjau dari jenisnya, layanan pendidikan terhadap
anak tunarungu, meliputi layanan umum dan khusus. Layanan umum merupakam
layanan yang biasa diberikan kepada anak mendengar/normal, sedangkan layanan
khusus merupakan layanan yang diberikan untuk mengurangi dampak kelainannya,
yang meliputi layanan bina bicara serta bina persepsi bunyi dan irama.
Ditinjau dari tempat sistem pendidikannya, layanan pendidikan bagi anak
tunarungu dikelompokkan menjadi sistem segregasi dan integrasi/terpadu. Sistem
sgregasi merupakan sistem pendidikan yang terpisah dari penyelenggaraan
pendidikan untuk anak mendengar/normal. Tempat pendidikan bagi anak tunarungu
melalui sistem ini meliputi: sekolah khusus (SLB-B), SDLB, dan kelas jauh atau
kelas kunjung. Sistem Pendidikan intergrasi/terpadu, merupakan sistem
pendidikan yang memberikan kesempatan kepada anak tunarungu untuk belajar
bersama anak mendengar/normal di sekolah umum/biasa. Melalui sistem ini anak
tunarungu ditempatkan dalam berbagai bentuk keterpaduan yang sesuai dengan
kemampuannya. Depdiknas (1984) mengelompokkan bentuk keterpaduan tersebut
menjadi kelas biasa, kelas biasa dengan ruang bimbingan khusus, serta kelas
khusus.Strategi pembelajaran bagi anak tunarungu pada dasarnya sama dengan
strategi pembelajaran yang digunakan dalam pembelajaran bagi anak
mendengar/normal, akan tetapi dalam pelaksanaannya, harus bersifat visual,
artinya lebih banyak memanfaatkan indra penglihatan siswa tunarungu.
Pada dasarnya tujuan dan fungsi evaluasi dalam pembelajaran siswa tunarungu
sama dengan siswa mendengar atau normal, yaitu untuk mengukur tingkat
penguasaan materi pelajaran, serta untuk umpan balik bagi guru. Kegiatan
evaluasi bagi siswa tunarungu, harus memperhatikan prinsip-prinsip:
berkesinambungan, menyeluruh, objektif, dan pedagogis. Sedangkan alat evaluasi
secara garis besar dibagi atas dua macam, yaitu alat evaluasi umum yang
digunakan dalam pembelajaran di kelas biasa dan alat evaluasi khusus yang
digunakan dalam pembelajaran di kelas khusus dan ruang bimbingan khusus.
4.
Hambatan dan rintangan dalam memberi layanan pada anak
tunarungu.
Kendala-kendala yang sering dirasakan
oleh para staf pengajar diantaranya adalah kesulitan dalam hal komunikasi
dengan para peserta didik, emosi anak yang sulit dikontrol, dan kendala dalam
hal finansial.
Cara Berkomunikasi
1. Macam metode berkomunikasi
- Membaca ujaran (speech reading), memahami percakapan dengan bunyi ujaran yang dapat
tertampak oleh bibir
- Belajar bahasa melalui
pendengaran, memahami percakapan dengan bantuan alat dengar.
- Belajar bahasa secara manual,
memahami percakapan secara manual seperti interaksi pada orang-orang normal
disekitarnya.
2. Guru dengan Siswa
Komunikasi yang terjadi antara guru
dengan siswa adalah dengan menggunakan bahasa isyarat berupa gerakan-gerakan
tangan yang memiliki arti khusus dari tiap gerakannya.
3. Siswa dengan Siswa
3. Siswa dengan Siswa
Komunikasi yang terjadi antar siswa
adalah dengan menggunakan bahasa isyarat juga. Dan komunikasi ini bisa terjadi
jika siswa bertatap muka secara langsung dengan lawan bicaranya.
BAB III
PEMBAHASAN
(HASIL OBSERVASI)
Dari pelaksanaan observasi diketahui dari bulan februari-mei 2012 anak
tunarungu di SLB N Kendal sebanyak 20
anak yang terdiri dari laki-laki 12 anak dan perempuan 8 anak. mereka
kehilangan pendengaran yang menyebabkan pendengarannya tidak memiliki nilai fungsional
di dalam kehidupan sehari-hari.
Setiap bulan
muridnya tidak pasti, ada yang keluar dan ada pula yang masuk. Yang menjadi
kendala peserta didik dari kalangan ekonomi menengah kebawah dan jarak rumah ke
SLB cukup jauh.
Kebanyakan
termasuk dalam tunarungu sedang,yaitu
penyandang tunarungu yang mengalami tingkat ketulian 46-70 dB. Yaitu seseorang
ytang mengalami ketunarunguan taraf sedang,dimana ia hanya dapat mengerti
percakapan pada jarak 3-5 feet secara berhadapan,tetapi tidak dapat mengikuti
diskusi-diskusi dikelas. Untuk anak yang mengalami ketunarunguan taraf ini
memerlukan adanya alat bantu dengar (hearing aid),dan memerlukan pembinaan
komunikasi,persepsi bunyi dan irama. Dan termasuk jenis Sensorineural
loss, yaitu ketunarunguan yang terjadi bila terdapat kerusakan pada bagian
dalam telinga atau syaraf auditer yang mengakibatkan terhambatnya pengiriman
pesan bunyi ke otak.
Karakteristik
anak tunarungu
Karakteristik
anak tunarungu dalam aspek akademik. Keterbatasan
dalam kemampuan berbicara dan berbahasa mengakibatkan anak tunarungu cenderung
memiliki prestasi yang rendah dalam mata pelajaran yang bersifat verbal dan
cenderung sama dalam mata pelajaran yang bersifat non verbal dengan anak normal
seusianya. Kebanyakan dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia
yang sering menjadi kendala karena kita tahu sendiri bahwa bahasa merupakan
ujaran, anak tunarungu sangat susah untuk bisa mengucapkan kalimat-kalimat yang
panjang.
Karakteristik anak tunarungu dalam
aspek sosial-emosional adalah sebagai berikut: Pergaulan terbatas dengan sesama
tunarungu, sebagai akibat dari keterbatasan dalam kemampuan berkomunikasi. Terlihat pada saat jam istirahat, anak-anak tunarungu bermain di kelas
bersama anak-anak tunarungu yang lain, hanya beberapa anak yang bermain dengan
teman beda kelas, pada waktu itu anak laki-laki bermain sepakbola dengan
penyandang cacat yang lain.
Sifat ego-sentris yang melebihi anak
normal, yang ditunjukkan dengan sukarnya mereka menempatkan diri pada situasi
berpikir dan perasaan orang lain, sukarnya menye-suaikan diri, serta
tindakannya lebih terpusat pada “aku/ego”, sehingga kalau ada keinginan, harus
selalu dipenuhi. Terlihat pada saat bermain
dengan teman tunarungu di kelas ada salah satu anak yang ingin duduk di tempat
duduk belakang, tetapi ditempat duduk tersebut sudah ada anak yang lain, anak
tersebut bersikeras untuk duduk.
Cepat marah dan mudah tersinggung,
sebagai akibat seringnya mengalami kekecewaan karena sulitnya menyampaikan
perasaan/keinginannya secara lisan ataupun dalam memahami pembicaraan orang
lain. Terlihat pada saat saya didampingi oleh guru kelasnya pada saat menanyakan
nama. Sebenarnya sudah menjawab dan dia menganggap benar tetapi dari penanya
belum puas dengan jawabanya karena belum begitu jelas, kemudian ditanya lagi
dan jawabanya masih sama. Dan pada saat itu si anak berteriak keras, yang
bertanda marah.
Dari segi
fisik/kesehatan adalah sebagai berikut. Jalannya kaku dan agak membungkuk (jika organ
keseimbangan yang ada pada telinga bagian dalam terganggu); gerak matanya lebih
cepat; gerakan tangannya cepat/lincah; dan pernafasannya pendek; sedangkan
dalam aspek kesehatan, pada umumnya sama dengan orang yang normal lainnya.
Layanan yang
diberikan
Pembagian kelas
Di SLB N Kendal mempunyai 2 kelas untuk tunarungu yaitu kelas biasa dengan ruang bimbingan khusus,
serta kelas khusus. Kelas biasa pada umumnya dan
kelas khusus bertujuan sebagai kelas terapi. Dalam kelas biasa masuk setiap
hari dari hari senin sampai hari sabtu, dan kelas terapi dilaksanakan dua
minggu dua kali terapi. Di dalam kelas biasa sama seperti kelas-kelas pada
umumnya ada alat peraga dari guru. Dan di dalam kelas terapi ada beberapa alat
bantu yaitu cermin, hearing aid sebagai alat bantu latihan berbicara individu
atau perorangan, hearing aid group sebagai alat bantu latihan berbicara untuk
berkelompok dan speech trainer untuk mengukur atau mendeteksi sisa pendengaran
kiri dan kanan.
Kegiatan Belajar Mengajar
Kegiatan belajar mengajar di SLB N Kendal ini pada umumnya sama seperti sekolah pada umumnya,
namun yang membedakan adalah cara guru dalam menyampaikan materi harus ekspresif dan pelafalan bibir guru harus jelas. Guru kelas tunarungu diharuskan bagi guru laki-laki tidak boleh berkumis
tebal karena mengganggu murid melihat bibir atau alat ucap guru dan bagi guru
perempuan diharuskan memakai lipstik yang tebal gunanya untuk menarik perhatian
siswa karena siswa tunarungu lebih banyak melihat bibir si guru daripada papan
tulis.
Kegiatan ekstra kulikuler
SLB N Kendal menyediakan ekstra
kulikuler seperti pada memasak, menjahit, melukis, olahraga, merias, menyulam,
bordir, pramuka dsb. Siwa semua boleh mengikuti ekstra tersebut . di dalam ekstra
tersebut guru yang pada bidangnya melatih anak-anak dalam ekstra. Setelah dilatih dan siap siswa
diikutsertakan lomba, pernah menjuarai lomba tingkat kabupaten dan kemudian
mewakili kabupaten tingkat propinsi dan mendapat juara ke II.
Hambatan dan rintangan
dalam memberi layanan pada anak tunarungu.
Kendala-kendala yang sering
dirasakan oleh para staf pengajar diantaranya adalah kesulitan dalam hal
komunikasi dengan para peserta didik, emosi anak yang sulit dikontrol, dan
kendala dalam hal finansial. Dalam hal komunikasi anak-anak
penyandang tunarungu tidak menggunakan alat bantu dengar dikarenakan kebanyakan
dari siswa keluarga menengah kebawah, terkadang untuk berangkat sekolah saja
susah. Dengan kondisi demikian maka guru harus kreatif dalam memberikan pelayanan
pada siswa entah itu dalam proses belajar maupun di luar jam pelajaran.
Foto Hasil
Observasi






Hasil kerajinan
tangan




Alat bantu
pendengaran



BAB IV
PENUTUP
A.
Simpulan
Dari pelaksanaan observasi diketahui dari bulan februari-mei 2012 anak
tunarungu di SLB N Kendal sebanyak 20
anak yang terdiri dari laki-laki 12 anak dan perempuan 8 anak. mereka
kehilangan pendengaran yang menyebabkan pendengarannya tidak memiliki nilai fungsional
di dalam kehidupan sehari-hari. Karakteristik anak tunarungu Karakteristik
anak tunarungu dalam aspek akademik. Keterbatasan
dalam kemampuan berbicara dan berbahasa mengakibatkan anak tunarungu cenderung
memiliki prestasi yang rendah dalam mata pelajaran yang bersifat verbal dan
cenderung sama dalam mata pelajaran yang bersifat non verbal dengan anak normal
seusianya. Karakteristik
anak tunarungu dalam aspek sosial-emosional adalah sebagai berikut: Pergaulan
terbatas dengan sesama tunarungu, sebagai akibat dari keterbatasan dalam
kemampuan berkomunikas. Dari segi
fisik/kesehatan adalah sebagai berikut. Jalannya kaku dan agak membungkuk (jika organ
keseimbangan yang ada pada telinga bagian dalam terganggu); gerak matanya lebih
cepat; gerakan tangannya cepat/lincah; dan pernafasannya pendek; sedangkan
dalam aspek kesehatan, pada umumnya sama dengan orang yang normal lainnya. Di SLB N Kendal mempunyai 2 kelas untuk tunarungu yaitu kelas biasa dengan ruang bimbingan khusus,
serta kelas khusus. Kelas biasa pada umumnya dan
kelas khusus bertujuan sebagai kelas terapi. Di dalam kelas biasa sama seperti
kelas-kelas pada umumnya ada alat peraga dari guru. Dan di dalam kelas terapi
ada beberapa alat bantu yaitu cermin, hearing aid sebagai alat bantu latihan
berbicara individu atau perorangan, hearing aid group sebagai alat bantu
latihan berbicara untuk berkelompok dan speech trainer untuk mengukur atau
mendeteksi sisa pendengaran kiri dan kanan.
Kegiatan
Belajar Mengajar. Kegiatan
belajar mengajar di SLB N Kendal ini pada
umumnya sama seperti sekolah pada umumnya, namun yang membedakan adalah cara
guru dalam menyampaikan materi harus
ekspresif dan pelafalan bibir guru harus jelas. SLB N Kendal menyediakan ekstra kulikuler seperti pada memasak, menjahit,
melukis, olahraga, merias, menyulam, bordir, pramuka dsb. Siwa semua boleh
mengikuti ekstra tersebut .
Kendala-kendala yang sering
dirasakan oleh para staf pengajar diantaranya adalah kesulitan dalam hal
komunikasi dengan para peserta didik, emosi anak yang sulit dikontrol, dan
kendala dalam hal finansial. Dalam hal komunikasi anak-anak
penyandang tunarungu tidak menggunakan alat bantu dengar dikarenakan kebanyakan
dari siswa keluarga menengah kebawah, terkadang untuk berangkat sekolah saja
susah. Dengan kondisi demikian maka guru harus kreatif dalam memberikan pelayanan
pada siswa entah itu dalam proses belajar maupun di luar jam pelajaran.
B.
Saran
Pada umunya
orang masih berpendapat bahwa ank tunarungu tidak dapat berbuat apapun.
Pandangan semacam ini sangat merugikan anak tunarungu untuk memperoleh lapangan
kerja, dan dia bersaing dengan orang normal. Sulit mendapatkan lapangan kerja
mengakibat kecemasan baik dari anak itu sendiri maupun dari keluarganya. Untuk itu sebainya guru kreatif dalam melakukan pembelajaran maupun
pelatihan untuk anak tunarungu sehingga pandangan tersebut menjadi tidak benar.
Dan kita tidak boleh memandang bahwa anak yang mempunyai kekurangan
merupakan anak yang tidak bisa apa-apa. Tetapi kita harus berpandangan bahwa
kekurangan bukan merupakan hambatan, tetapi kekurangan merupakan motivasi dalam
menjalani kiehidupan.
C.
Daftar Pustaka
1.
http://ochamutz91.wordpress.com/2010/05/29/karakteristik-dan-pendidikan-anak-tuna-rungu/
3.
http://syarkonipsi.blogspot.com/2011/07/karakteristik-anak-tuna-rungu.html
mas..
BalasHapussaya wulan, mahasiswi unnes jur. pend. b.inggris '09, saya mw tanya" ttg SLB Kendal untuk final project saya.. sekalian tukar pikiran sama mas fajar..
d'tunggu balasannya.. tq