Rabu, 31 Oktober 2012

HASIL OBSERVASI ANAK TUNARUNGU DI SLB N KENDAL



         LAPORAN  HASIL  OBSERVASI ANAK TUNARUNGU DI SLB N KENDAL

Disusun untuk Memenuhi Tugas Tengah Semester Empat Mata Kuliah Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus
Dosen Pengampu : Bapak Jaino
Oleh :
FAJAR SETIAWAN
1401410414
Rombel : 05


PENDIDIKAN  GURU  SEKOLAH  DASAR
FAKULTAS  ILMU  PENDIDIKAN
UNIVERSITAS  NEGERI  SEMARANG
2012
KATA PENGANTAR


               Puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan karunia-Nya sehingga penyusun dapat menyelesaikan laporan hasil observasi Anak Tunarungu. Laporan ini disusun guna memenuhi tugas tengah semester empat mata kuliah Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus. Penulis sangat berterima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam proses penyusunan laporan ini.
               Laporan ini disusun berdasarkan data yang diperoleh dari hasil observasi, interview dan data sekunder dengan pihak yang bersangkutan.
               Penyusun menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari sempurna. Untuk itu saran dan kritik yang bersifat membangun sangat penyusun harapkan. Semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi kita semua.






Kendal, 19 mei 2012
                                                                                                                                                                    
                                                                                                                                                              Observer









BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang Masalah
Anak adalah  partisipan aktif di dalam proses perkembangan ketimbang sebagai resipien aktif perkembangan biologis atau stimulasi eksternal(Jean Peaget). Jelasnya, piaget yakin bahwa anak harus dipandang seperti seorang ilmuwan yang sedang mencari jawaban yang melakukan eksperimen terhadap dunia untuk melihat apa yang terjadi.
Masa anak-anak adalah masa yang paling indah karena penuh dengan kegiatan bermain,belajar dan bersosialisasi sesama teman. Dunia anak-anak penuh dengan imajinasi dan kreasi. Tetapi apakah masa itu juga di alami oleh anak tuna rungu? Anak Tunarungu adalah istilah yang menunjuk pada kondisi ketidakfungsian organ pendengaran atau telinga seseorang. Kondisi ini menyebabkan mereka mengalami hambatan atau keterbatasan dalam merespon bunyi-bunyi yang ada di sekitarnya.
Anak tuna rungu pada dasarnya mempunyai hak sama seperti anak pada umumnya, namun kalau kita lihat anak-anak yang memiliki kekurangan seperti pada anak tunarungu dipandang sebelah mata, sebenarnya anak-anak yang mempunyai kekurangan seperti tunarungu mempunyai kelebihan yang lebih daripada anak normal lainnya misalnya melukis, menyulam, membordir dan masih banyak yang lain.
Maka dari itu,diharapkan baik calon guru maupun guru mampu mengetahui, memahami dan memperlakukan anak-anak yang mengalami kelainan fisik dengan baik dan benar agar nantinya dapat mengoptimalkan kemampuan mereka.


                           
B.       Rumusan Masalah
1.         Apa jenis-jenis tunarungu?
2.         Seperti apakah  karakteristik anak tunarungu?
3.         Seperti apakah layanan yang diberikan pada anak tunarungu?
4.         Apa hambatan dan rintangan dalam memberi layanan pada anak tunarungu?



C.       Tujuan
1.         Mengetahui jenis-jenis tunarungu.
2.         Mengetahui karakteristik anak tunarungu.
3.         Mengetahui layanan yang diberikan pada anak tunarungu.
4.         Mengetahui hambatan dan rintangan dalam memberi layanan pada anak tunarungu.

D.    Manfaat
Manfaat observasi yaitu membekali mahasiswa pada umumnya dan mahasiswa jurusan kependidikan pada khususnya untuk memahami konteks anak tunarungu secara menyeluruh. Selain itu, peneliti memperoleh pengalaman langsung melalui tindakan meneliti hal-hal yang kurang diamati oleh orang lain. Dengan demikian diharapkan mahasiswa memiliki kemempuan dan keterampilan untuk melakukan proses pembelajaran bagi anak tunarungu meskipun pembelajaran dilakukan di SD inklusi.
















BAB II
KAJIAN TEORI

1.    Jenis-jenis Tunarungu
Easterbrooks (1997) mengemukakan bahwa terdapat tiga jenis utama ketunarunguan menurut lokasi ganguannya:
1.              Conductive loss, yaitu ketunarunguan yang terjadi bila terdapat gangguan pada bagian luar atau tengah telinga yang menghambat dihantarkannya gelombang bunyi ke bagian dalam telinga.
2.              Sensorineural loss, yaitu ketunarunguan yang terjadi bila terdapat kerusakan pada bagian dalam telinga atau syaraf auditer yang mengakibatkan terhambatnya pengiriman pesan bunyi ke otak.
3.              Central auditory processing disorder, yaitu gangguan pada sistem syaraf pusat proses auditer yang mengakibatkan individu mengalami kesulitan memahami apa yang didengarnya meskipun tidak ada gangguan yang spesifik pada telinganya itu sendiri. Anak yang mengalami gangguan pusat pemerosesan auditer ini mungkin memiliki pendengaran yang normal bila diukur dengan audiometer, tetapi mereka sering mengalami kesulitan memahami apa yang didengarnya.

2.    Karakteristik anak tunarungu
A.  Karakteristik anak tunarungu dalam aspek akademik
Keterbatasan dalam kemampuan berbicara dan berbahasa mengakibatkan anak tunarungu cenderung memiliki prestasi yang rendah dalam mata pelajaran yang bersifat verbal dan cenderung sama dalam mata pelajaran yang bersifat non verbal dengan anak normal seusianya.
B.  Karakteristik anak tunarungu dalam aspek sosial-emosional adalah sebagai berikut:
a.    Pergaulan terbatas dengan sesama tunarungu, sebagai akibat dari keterbatasan dalam kemampuan berkomunikasi.
b.    Sifat ego-sentris yang melebihi anak normal, yang ditunjukkan dengan sukarnya mereka menempatkan diri pada situasi berpikir dan perasaan orang lain, sukarnya menye-suaikan diri, serta tindakannya lebih terpusat pada “aku/ego”, sehingga kalau ada keinginan, harus selalu dipenuhi.
c.    Perasaan takut (khawatir) terhadap lingkungan sekitar, yang menyebabkan ia tergantung pada orang lain serta kurang percaya diri.
d.   Perhatian anak tunarungu sukar dialihkan, apabila ia sudah menyenangi suatu benda atau pekerjaan tertentu.
e.    Memiliki sifat polos, serta perasaannya umumnya dalam keadaan ekstrim tanpa banyak nuansa.
f.     Cepat marah dan mudah tersinggung, sebagai akibat seringnya mengalami kekecewaan karena sulitnya menyampaikan perasaan/keinginannya secara lisan ataupun dalam memahami pembicaraan orang lain.
C.  Karakteristik tunarungu dari segi fisik/kesehatan adalah sebagai berikut.
Jalannya kaku dan agak membungkuk (jika organ keseimbangan yang ada pada telinga bagian dalam terganggu); gerak matanya lebih cepat; gerakan tangannya cepat/lincah; dan pernafasannya pendek; sedangkan dalam aspek kesehatan, pada umumnya sama dengan orang yang normal lainnya.

3.    Layanan yang diberikan pada anak tunarungu.
Sebagaimana anak lainnya yang mendengar, anak tunarungu membutuhkan pendidikan untuk mengembangkan potensinya secara optimal. Untuk memenuhi kebutuhan tersebut, diperlukan layanan pendidikan yang disesuaikan dengan karakteristik, kemampuan, dan ketidakmampuannya. Di samping sebagai kebutuhan, pemberian layanan pendidikan kepada anak tunarungu, didasari oleh beberapa landasan, yaitu landasan agama, kemanusiaan, hukum, dan pedagogis. Ditinjau dari jenisnya, layanan pendidikan terhadap anak tunarungu, meliputi layanan umum dan khusus. Layanan umum merupakam layanan yang biasa diberikan kepada anak mendengar/normal, sedangkan layanan khusus merupakan layanan yang diberikan untuk mengurangi dampak kelainannya, yang meliputi layanan bina bicara serta bina persepsi bunyi dan irama.
Ditinjau dari tempat sistem pendidikannya, layanan pendidikan bagi anak tunarungu dikelompokkan menjadi sistem segregasi dan integrasi/terpadu. Sistem sgregasi merupakan sistem pendidikan yang terpisah dari penyelenggaraan pendidikan untuk anak mendengar/normal. Tempat pendidikan bagi anak tunarungu melalui sistem ini meliputi: sekolah khusus (SLB-B), SDLB, dan kelas jauh atau kelas kunjung. Sistem Pendidikan intergrasi/terpadu, merupakan sistem pendidikan yang memberikan kesempatan kepada anak tunarungu untuk belajar bersama anak mendengar/normal di sekolah umum/biasa. Melalui sistem ini anak tunarungu ditempatkan dalam berbagai bentuk keterpaduan yang sesuai dengan kemampuannya. Depdiknas (1984) mengelompokkan bentuk keterpaduan tersebut menjadi kelas biasa, kelas biasa dengan ruang bimbingan khusus, serta kelas khusus.Strategi pembelajaran bagi anak tunarungu pada dasarnya sama dengan strategi pembelajaran yang digunakan dalam pembelajaran bagi anak mendengar/normal, akan tetapi dalam pelaksanaannya, harus bersifat visual, artinya lebih banyak memanfaatkan indra penglihatan siswa tunarungu.
Pada dasarnya tujuan dan fungsi evaluasi dalam pembelajaran siswa tunarungu sama dengan siswa mendengar atau normal, yaitu untuk mengukur tingkat penguasaan materi pelajaran, serta untuk umpan balik bagi guru. Kegiatan evaluasi bagi siswa tunarungu, harus memperhatikan prinsip-prinsip: berkesinambungan, menyeluruh, objektif, dan pedagogis. Sedangkan alat evaluasi secara garis besar dibagi atas dua macam, yaitu alat evaluasi umum yang digunakan dalam pembelajaran di kelas biasa dan alat evaluasi khusus yang digunakan dalam pembelajaran di kelas khusus dan ruang bimbingan khusus.

4.    Hambatan dan rintangan dalam memberi layanan pada anak tunarungu.
Kendala-kendala yang sering dirasakan oleh para staf pengajar diantaranya adalah kesulitan dalam hal komunikasi dengan para peserta didik, emosi anak yang sulit dikontrol, dan kendala dalam hal finansial.
Cara Berkomunikasi
1. Macam metode berkomunikasi
- Membaca ujaran (speech reading), memahami percakapan dengan bunyi ujaran yang dapat tertampak oleh bibir
- Belajar bahasa melalui pendengaran, memahami percakapan dengan bantuan alat dengar.
- Belajar bahasa secara manual, memahami percakapan secara manual seperti interaksi pada orang-orang normal disekitarnya.
2. Guru dengan Siswa
Komunikasi yang terjadi antara guru dengan siswa adalah dengan menggunakan bahasa isyarat berupa gerakan-gerakan tangan yang memiliki arti khusus dari tiap gerakannya.
3. Siswa dengan Siswa
Komunikasi yang terjadi antar siswa adalah dengan menggunakan bahasa isyarat juga. Dan komunikasi ini bisa terjadi jika siswa bertatap muka secara langsung dengan lawan bicaranya.





























BAB III
PEMBAHASAN
(HASIL OBSERVASI)

Dari pelaksanaan observasi diketahui dari bulan februari-mei 2012 anak tunarungu di SLB N Kendal  sebanyak 20 anak yang terdiri dari laki-laki 12 anak dan perempuan 8 anak. mereka kehilangan pendengaran yang menyebabkan pendengarannya tidak memiliki nilai fungsional di dalam kehidupan sehari-hari.
Setiap bulan muridnya tidak pasti, ada yang keluar dan ada pula yang masuk. Yang menjadi kendala peserta didik dari kalangan ekonomi menengah kebawah dan jarak rumah ke SLB cukup jauh.
Kebanyakan termasuk dalam tunarungu sedang,yaitu penyandang tunarungu yang mengalami tingkat ketulian 46-70 dB. Yaitu seseorang ytang mengalami ketunarunguan taraf sedang,dimana ia hanya dapat mengerti percakapan pada jarak 3-5 feet secara berhadapan,tetapi tidak dapat mengikuti diskusi-diskusi dikelas. Untuk anak yang mengalami ketunarunguan taraf ini memerlukan adanya alat bantu dengar (hearing aid),dan memerlukan pembinaan komunikasi,persepsi bunyi dan irama. Dan termasuk jenis Sensorineural loss, yaitu ketunarunguan yang terjadi bila terdapat kerusakan pada bagian dalam telinga atau syaraf auditer yang mengakibatkan terhambatnya pengiriman pesan bunyi ke otak.
Karakteristik anak tunarungu
Karakteristik anak tunarungu dalam aspek akademik. Keterbatasan dalam kemampuan berbicara dan berbahasa mengakibatkan anak tunarungu cenderung memiliki prestasi yang rendah dalam mata pelajaran yang bersifat verbal dan cenderung sama dalam mata pelajaran yang bersifat non verbal dengan anak normal seusianya. Kebanyakan dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia yang sering menjadi kendala karena kita tahu sendiri bahwa bahasa merupakan ujaran, anak tunarungu sangat susah untuk bisa mengucapkan kalimat-kalimat yang panjang.
Karakteristik anak tunarungu dalam aspek sosial-emosional adalah sebagai berikut: Pergaulan terbatas dengan sesama tunarungu, sebagai akibat dari keterbatasan dalam kemampuan berkomunikasi. Terlihat pada saat jam istirahat, anak-anak tunarungu bermain di kelas bersama anak-anak tunarungu yang lain, hanya beberapa anak yang bermain dengan teman beda kelas, pada waktu itu anak laki-laki bermain sepakbola dengan penyandang cacat yang lain.
Sifat ego-sentris yang melebihi anak normal, yang ditunjukkan dengan sukarnya mereka menempatkan diri pada situasi berpikir dan perasaan orang lain, sukarnya menye-suaikan diri, serta tindakannya lebih terpusat pada “aku/ego”, sehingga kalau ada keinginan, harus selalu dipenuhi. Terlihat pada saat bermain dengan teman tunarungu di kelas ada salah satu anak yang ingin duduk di tempat duduk belakang, tetapi ditempat duduk tersebut sudah ada anak yang lain, anak tersebut bersikeras untuk duduk.
Cepat marah dan mudah tersinggung, sebagai akibat seringnya mengalami kekecewaan karena sulitnya menyampaikan perasaan/keinginannya secara lisan ataupun dalam memahami pembicaraan orang lain. Terlihat pada saat saya didampingi oleh guru kelasnya pada saat menanyakan nama. Sebenarnya sudah menjawab dan dia menganggap benar tetapi dari penanya belum puas dengan jawabanya karena belum begitu jelas, kemudian ditanya lagi dan jawabanya masih sama. Dan pada saat itu si anak berteriak keras, yang bertanda marah.
Dari segi fisik/kesehatan adalah sebagai berikut. Jalannya kaku dan agak membungkuk (jika organ keseimbangan yang ada pada telinga bagian dalam terganggu); gerak matanya lebih cepat; gerakan tangannya cepat/lincah; dan pernafasannya pendek; sedangkan dalam aspek kesehatan, pada umumnya sama dengan orang yang normal lainnya.
Layanan yang diberikan
Pembagian kelas
Di SLB N Kendal mempunyai 2 kelas untuk tunarungu yaitu  kelas biasa dengan ruang bimbingan khusus, serta kelas khusus. Kelas biasa pada umumnya dan kelas khusus bertujuan sebagai kelas terapi. Dalam kelas biasa masuk setiap hari dari hari senin sampai hari sabtu, dan kelas terapi dilaksanakan dua minggu dua kali terapi. Di dalam kelas biasa sama seperti kelas-kelas pada umumnya ada alat peraga dari guru. Dan di dalam kelas terapi ada beberapa alat bantu yaitu cermin, hearing aid sebagai alat bantu latihan berbicara individu atau perorangan, hearing aid group sebagai alat bantu latihan berbicara untuk berkelompok dan speech trainer untuk mengukur atau mendeteksi sisa pendengaran kiri dan kanan.
Kegiatan Belajar Mengajar
Kegiatan belajar mengajar di SLB N Kendal ini pada umumnya sama seperti sekolah pada umumnya, namun yang membedakan adalah cara guru dalam menyampaikan materi harus ekspresif dan pelafalan bibir guru harus jelas. Guru kelas tunarungu diharuskan bagi guru laki-laki tidak boleh berkumis tebal karena mengganggu murid melihat bibir atau alat ucap guru dan bagi guru perempuan diharuskan memakai lipstik yang tebal gunanya untuk menarik perhatian siswa karena siswa tunarungu lebih banyak melihat bibir si guru daripada papan tulis.
Kegiatan ekstra kulikuler
SLB N Kendal menyediakan ekstra kulikuler seperti pada memasak, menjahit, melukis, olahraga, merias, menyulam, bordir, pramuka dsb. Siwa semua boleh mengikuti ekstra tersebut . di dalam ekstra tersebut guru yang pada bidangnya melatih anak-anak  dalam ekstra. Setelah dilatih dan siap siswa diikutsertakan lomba, pernah menjuarai lomba tingkat kabupaten dan kemudian mewakili kabupaten tingkat propinsi dan mendapat juara ke II.
Hambatan dan rintangan dalam memberi layanan pada anak tunarungu.
Kendala-kendala yang sering dirasakan oleh para staf pengajar diantaranya adalah kesulitan dalam hal komunikasi dengan para peserta didik, emosi anak yang sulit dikontrol, dan kendala dalam hal finansial. Dalam hal komunikasi anak-anak penyandang tunarungu tidak menggunakan alat bantu dengar dikarenakan kebanyakan dari siswa keluarga menengah kebawah, terkadang untuk berangkat sekolah saja susah. Dengan kondisi demikian maka guru harus kreatif dalam memberikan pelayanan pada siswa entah itu dalam proses belajar maupun di luar jam pelajaran.













Foto Hasil Observasi

Aktivitas Siswa
 
























































































Hasil kerajinan tangan





























Alat bantu pendengaran


















BAB IV
PENUTUP
A.    Simpulan
Dari pelaksanaan observasi diketahui dari bulan februari-mei 2012 anak tunarungu di SLB N Kendal  sebanyak 20 anak yang terdiri dari laki-laki 12 anak dan perempuan 8 anak. mereka kehilangan pendengaran yang menyebabkan pendengarannya tidak memiliki nilai fungsional di dalam kehidupan sehari-hari. Karakteristik anak tunarungu  Karakteristik anak tunarungu dalam aspek akademik. Keterbatasan dalam kemampuan berbicara dan berbahasa mengakibatkan anak tunarungu cenderung memiliki prestasi yang rendah dalam mata pelajaran yang bersifat verbal dan cenderung sama dalam mata pelajaran yang bersifat non verbal dengan anak normal seusianya. Karakteristik anak tunarungu dalam aspek sosial-emosional adalah sebagai berikut: Pergaulan terbatas dengan sesama tunarungu, sebagai akibat dari keterbatasan dalam kemampuan berkomunikas. Dari segi fisik/kesehatan adalah sebagai berikut. Jalannya kaku dan agak membungkuk (jika organ keseimbangan yang ada pada telinga bagian dalam terganggu); gerak matanya lebih cepat; gerakan tangannya cepat/lincah; dan pernafasannya pendek; sedangkan dalam aspek kesehatan, pada umumnya sama dengan orang yang normal lainnya. Di SLB N Kendal mempunyai 2 kelas untuk tunarungu yaitu  kelas biasa dengan ruang bimbingan khusus, serta kelas khusus. Kelas biasa pada umumnya dan kelas khusus bertujuan sebagai kelas terapi. Di dalam kelas biasa sama seperti kelas-kelas pada umumnya ada alat peraga dari guru. Dan di dalam kelas terapi ada beberapa alat bantu yaitu cermin, hearing aid sebagai alat bantu latihan berbicara individu atau perorangan, hearing aid group sebagai alat bantu latihan berbicara untuk berkelompok dan speech trainer untuk mengukur atau mendeteksi sisa pendengaran kiri dan kanan.
Kegiatan Belajar Mengajar. Kegiatan belajar mengajar di SLB N Kendal ini pada umumnya sama seperti sekolah pada umumnya, namun yang membedakan adalah cara guru dalam menyampaikan materi harus ekspresif dan pelafalan bibir guru harus jelas. SLB N Kendal menyediakan ekstra kulikuler seperti pada memasak, menjahit, melukis, olahraga, merias, menyulam, bordir, pramuka dsb. Siwa semua boleh mengikuti ekstra tersebut .

Kendala-kendala yang sering dirasakan oleh para staf pengajar diantaranya adalah kesulitan dalam hal komunikasi dengan para peserta didik, emosi anak yang sulit dikontrol, dan kendala dalam hal finansial. Dalam hal komunikasi anak-anak penyandang tunarungu tidak menggunakan alat bantu dengar dikarenakan kebanyakan dari siswa keluarga menengah kebawah, terkadang untuk berangkat sekolah saja susah. Dengan kondisi demikian maka guru harus kreatif dalam memberikan pelayanan pada siswa entah itu dalam proses belajar maupun di luar jam pelajaran.

B.     Saran
Pada umunya orang masih berpendapat bahwa ank tunarungu tidak dapat berbuat apapun. Pandangan semacam ini sangat merugikan anak tunarungu untuk memperoleh lapangan kerja, dan dia bersaing dengan orang normal. Sulit mendapatkan lapangan kerja mengakibat kecemasan baik dari anak itu sendiri maupun dari keluarganya. Untuk itu sebainya guru kreatif dalam melakukan pembelajaran maupun pelatihan untuk anak tunarungu sehingga pandangan tersebut menjadi tidak benar.
Dan kita tidak boleh memandang bahwa anak yang mempunyai kekurangan merupakan anak yang tidak bisa apa-apa. Tetapi kita harus berpandangan bahwa kekurangan bukan merupakan hambatan, tetapi kekurangan merupakan motivasi dalam menjalani kiehidupan.











C.      Daftar Pustaka

1.      http://ochamutz91.wordpress.com/2010/05/29/karakteristik-dan-pendidikan-anak-tuna-rungu/
3.      http://syarkonipsi.blogspot.com/2011/07/karakteristik-anak-tuna-rungu.html


1 komentar:

  1. mas..
    saya wulan, mahasiswi unnes jur. pend. b.inggris '09, saya mw tanya" ttg SLB Kendal untuk final project saya.. sekalian tukar pikiran sama mas fajar..
    d'tunggu balasannya.. tq

    BalasHapus