Budi adalah anak dari bapak Kasdi dan ibu Marni, dia
anak bungsu dari dua bersaudara, Kakaknya bernama Adi. Budi sekarang masih
duduk di bangku SD kelas empat, sedangkan kakaknya sudah SMP kelas satu. Rudi
tinggal di desa ayem kabupaten semarang dengan keluarga sederhana, Bapaknya
seorang petani dan ibunya tidak bekerja, biasanya ibunya membantu bapak budi di
lading, begitu juga budi sering membantu orangtuanya.selain itu budi juga
pandai dan rajin shalat, tidak seperti kakaknya yang pemalas dan boros. Setiap
hari budi mendapat uang saku dari orang tuanya, kakak budi pun juga mendapa,
walaupun budi mendapat saku tetapi di sekolah dia tidak pernah jajan, uang saku
dari orang tuanya ditabung diguru kelasnya untuk saku piknik pada kenaikan kelas
enam, bahkan budi tidak pernah jajan. Setiap hari pada waktu jam istirahat dia
pergunakan waktu untuk membaca buku, sedangkan teman-teman yang lain jajan di
kantin. Pada suatu hari salah satu teman rudi bernama reza mengejeknya “ dasar
kutu buku, tidak pernah jajan “ . Budi hanya bisa diam saja bahkan sesekali
meneteskan air matanya. Pak Joni selaku kepala sekolahnya melihat dan mendekati
Budi lalu bertanya” ada apa budi,
temanmu mengejek kamu? Apa ada masalah kamu dengan temanmu, lalu mengapa mata
kamu memerah, seperti baru menangis saja. “ tidak ada apa-apa pak, reza
mengejek karena saya tidak pernah jajan, Jawab budi. Pak joni bertanya lagi “
lho mengapa kamu tidak jajan, apa kamu tidak pernah diberi saku oleh orang tua
kamu?”. Joni pun menjawab dan member penjelasan kepada pak joni bahwa uang saku
yang diberi orang tuanya selalu ditabung. Pak joni pun diam sejenak, bangga
dengan budi yang sering menabung.Hari demi hari budi menabung dengan semangat,
walaupun sekali-kali ada rasa untuk jajan tetapi budi tahan demi mendapatkan
uang untuk saku piknik liburan kenaikan kelas enam nanti.
Pada waktu kenaikan kelas, rudi naik
kelas lima dengan nilai bagus, dan mendapat uang saku dari guru kelasnya karena
budi ranking satu. Uang tersebut tidak dipergunakan budi untuk jajan melainkan
ditabung. Di kelas lima pun budi masih menabung seperti apa yang dia lakukan
pada waktu kelas empat. Setahun kemudian budi mengikuti tes kenaikan kelas,
budi pun naik kelas enam dan liburan pun sudah mulai datang, seperti dalam agenda
tahunan bahwa liburan kelas enam akan diadakan piknik, dan ternyata piknik
tersebut ke kabupaten magelang, tepatnya di candi Borobudur, cabdi prambanan
dan ke malioboro yang akan di laksanakan lima hari lagi, dan biaya pikniknya
sebesar lima ratus ribu rupiah. Setelah pulang sekolah rudi meminta izin pada
orangtuanya untuk mengikuti piknik tersebut, tetapi ibu budi menjawab dengan
berat hati “ iya nak ibu usahakan mencari uang karena orangtua budi sudah tidak
punya uang, sudah untuk pembayaran ujian sekolah kakak budi. Tidak lama
kemudian bapak budi pulang dari ladang, dan menuju kamarmandi untuk
membersihkan diri, kemudian ibu rudi
menghampiri dan berbicara kepada bapak budi, “ pak, bagaimana ini,, budi sudah
mau piknik sedangkan kita sudah tidak ada uang simpanan lagi, ada uang hanya
cukup untuk makan satu minggu? Bapak
budi pun menjawab “ bagaimana bu, apa kita mencari pinjaman saja untuk membayar
pikniknya budi? “ ibupun menyaut “ iya pak kita harus mencari pijaman.
Hari demi hari apak budi mencari
pinjaman , tetapi tidak mendapatkan hasil. Bahkan sampai hari piknik kurang
satu hari. Orangtua budi semakin cemas dan bingung, karena seandainya orangtyua
budi tidak mendapatkan uang dia tidak bisa mengikuti piknik. Dan pada akhirnya
orangtua rudi membicarakanya kepada budi di kamarnya“ ibu : budi maafkan ibu
dan bapak ya, karena ibu tidak berhasil mencari pinjaman uang untuk membayar
piknik kamu? “ iya bu, tidak apa-apa “ jawab rudi dengan memandang ke tanah.
Bapak “ kamu tidak apa-apa kan nak seandainya
tidak ikut piknik, bapak sudah berusaha kesana kemari, tetapi tidak mendapat
hasil” , budi pun menjawab “ saya bisa ikut kok pak, bu, karena saya mempunyai tabungan yang cukup
untuk membayar pikniknya “ kemudian orangtua budi secara bersama-sama bertanya
“ kamu dapat uang dari mana nak ? rudi pun menjawab “ saya menabung mulai dari
kelas empat bu,” kemudian bapak dan ibunya memeluk budi. Orangtuanya bangga
karena rudi bisa mengikuti piknik dengan uang sendiri. Keesokan harinya budi
membayar uangnya, dan uang tabunganya sisa lima piluh ribu rupiah. Setelah itu
budi meminta supaya ibu membuatkan bekal makanan untuk saku rudi pergi piknik.
Hari piknikpun tiba, setelah shalat
subuh budi bersiap-siap untuk pergi piknik, budi pamitan pada orangtuanya yang
sedang duduk-duduk di ruang tamu. Taklama kemudian teman-teman budi
menghampirinya dan berangkat ke sekolah untuk pengkondisian. Dihalaman sekolah
pengkondisian dipimpin oleh kepala sekolah, dan taklama kemudian bus pun datang
dan anak-anak kelas enam naik, diperjalanan teman-teman budi membicarakan uang
saku yang diberi orangtuanya, budi pun
hanya bisa diam saja tidak berani cerita, tetapi dia senang karena sudah
dibuatkan bekal makanan oleh ibunya, perjalanan piknikpun menjadi nyaman……..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar