Rabu, 31 Oktober 2012

Pengelolaan, Pengelompokkan Siswa, Penataan Ruang, Pemanfaatan Sumber Belajar dalam Pendidikan Kelas Rangkap







MAKALAH
Pengelolaan, Pengelompokkan Siswa, Penataan Ruang, Pemanfaatan Sumber Belajar dalam Pendidikan Kelas Rangkap
Disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Pembelajaran Kelas Rangkap
Dosen Pengampu : Ibu Arini Esti Astuti

Disusun Oleh
Fajar Setiawan                      1401410414
Sukarno                                 1401410183
M. Aunur Rofiq                    1401410320
Yoga W Herlambang            1401410234
Oktafian Endi                        1401410267

Rombel 12

PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2012

PEMBUKA
A. Latar Belakang
Dalam pengelolaan kelas rangkap guru biasanya belum begitu mengerti cara pengelolaan kelas yang meliputi pengelolaan siswa dalam proses pembelajaran dan kaitannya dengan interaksi karena lebih menekankan pada kondisial siswa kelas rangkap asal tujuan pembelajaran tercapai dengan baik dengan menghiraukan komponen-komponen tersebut. Padahal komponen-komponen seperti pengelolaan siswa, penataan ruang, pemanfaatan sumber dan media belajar sangat dibutuhkan untuk menunjang proses kegiatan belajar mengajar supaya peserta didik lebih mudah mengerti, memahami, dan mempunyai pembelajaran  yang berkesan.
Pemanfaatan sumber belajar dalam kaitannya kelas rangkap masih dinilai sangat kurang karena sudut pandang di Indonesia bahwa apabila suatu sekolah terdapat kelas rangkap secara tidak langsung berati kekurangan dalam berbagai sarana prasarana seperti tenaga pengajar, ruang kelas, fasilitas penunjang dll. Dalam pembalajranpun guru dihadapkan pada pendekatan kondisial seadanya tanpa menggunakan aturan yang sesuai pengelolaan yang baik guna mengefektifkan dan efisien dalam biaya, tempat, dan tenaga.selain itu komponen lain seperti model-model PKR dan pengelompokkan siswa juga masih jauh dari kata dikondisikan untuk memungkinkan proses pembelajaran yang benar-benar aturan standar pembelajaran kelas rangkap.
Oleh sebab itu kita sebagai calon guru SD yang dihadapkan kemungkinan besar akan menjumpai tuntutan pengajaran kelas rangkap apalagi yang ditempatkan pada daerah yang terluar, terdepan, dan tertinggal seperti di daerah NTT, Papua, Aceh dll maka seorang guru yang profesional harus mengetahui bagaimana pengelolaan kelas rangkap yang baik dan sesuai aturan standar guna siswa tidak terlantar dan mencapai tujuan pembelajaran dengan sesuai harapan.
B. Rumusan Masalah
1.      Bagaimanakah cara pengelolaan siswa dalam kelas rangkap ?
2.      Bagaimanakah penataan ruang dalam kelas rangkap ?
3.      Bagaimanakah pemanfaatan sumber belajar dalam kelas rangkap ?

PEMBAHASAN
A.    Pengelolaan dan Pengelompokan Siswa Kelas Rangkap
Dalam pelaksanaan PKR pengelompokan siswa merupakan suatu keharusan guna menjamin proses belajar siswa agar tetap efektif. Mengenai pengelompokan belajar siswa ini terdapat beberapa cara yang dapat dipilih sesuai kebutuhan
1.      Pengelompokan siswa atas dasar rombongan belajar
Dengan cara ini kelas I, II, III, IV, V, dan VI masing-masing diperlakukan sebagai suatu kesatuan. Artinya bila PKR dilaksanakan di satu ruang misalnya kelas III, IV, dan V, di dalam ruangan itu terdapat tiga kelompok siswa sesuai kelasnya. Pengelompokan ini bersifat formal sesuai dengan setatus administratif siswa.

2.      Pengelompokan siswa berdasarkan kemampuan homogen
Dengan cara ini siswa dikelompokan bukan atas dasar kelas tetapi atas dasar kemampuan sesuai hasil tes kemampuan atau catatan prestasi sebelumnya. Berdasarkan hasil tes tersebut siswa dikelompokan ke dalam siswa kelompok diatas rata-rata, rata-rata, dan dibawaah rata-rata.

3.      Pengelompokan siswa berdasarkan kemampuan campuran
Dengan cara ini siswa dikelompokan atas dasar bakat dan keterampilanya dalam berbagai bidang yang diperlukan untuk menangani suatu proyek belajar misalnya “pembuatan peta”, “memasak suatu jenis makanan dengan menu tertentu”, dan melakukan suatu percobaan. Dalam sebuah kelompok diperlukan sejumlah siswa dengan berbagai kemampuan, bakat, dan minat, agar proyek belajar itu benar-benar dapat ditangani secara bersama-sama dengan pembatasan sessuai dengan kemampuan bakat dan minatnya.
4.      Pengelompokan siswa berdasarkan kesamaan usia
Pengelompokan ini bertolak dari anggapan dasar bahwa kelompok siswa yang usianya sama memiliki kemampuan dan kecepatan belajar yang kurang lebih sama. Seperti diketahui bahwa siswa dalam suatu rombongan belajar atau kelas di SD terdiri atas siswa dalam kelompok usia tertentu misalnya kelas satu terdiri atas siswa berusia 6-7 tahun, kelas II berisi siswa berusia 7-8 tahun  dan sebagainya.



5.      Pengelompokan siswa berdasarkan kompatibilitas siswa
Cara ini bertolak dari kenyataan bahwa secara sosial siswa memiliki kelompok atas dasar pertemanan yang saling menyukai karena sering berangkat bersama, tempat tinggal berdekatan, atau duduk dikelas selalu bersama. Secara insidental pengelompokan ini dapat digunakan sesuai kebutuhan pembelajaran misalnya dalam tugas pembuatan denah tempat tinggal di lingkungan rukun warga, desa atau kompleks perumahan.

6.      Pengelompokan siswa berdasarkan kebutuhan pembelajaran
Cara ini digunakan untuk mendukung pencapaian tujuan dari pembelajaran suatu topik dengan modelpembelajaran tertentu. Misalnya dalam simulasi atau bermain peranatau permainan siswa dikelompokan sesuai dengan tugas dan peran yang harus dilakukan pada saat itu.
Dalam kondisi pendidikan dasar di indonesia pada saat ini yang secara formal terdapat pengorganisasian siswa atas rombongan belajar atau kelas, cara pertama yakni pengelompokan atas dasar kelas merupakan pengelompokan yang bersifat tetap secara administratif. Sedang cara kedua sampai dengan cara keenam dapat digunakan secara bergantian sesuai dengan kebutuhan dalam proses pembelajaran. Dengtan penerapan PKR semua cara tersebut sangat terbuka dan memungkinkan untuk digunakan.

B.     Penataan Ruang dan Pengelolaan Kelas
Penerapan PKR dalam satu ruangan memerlukan penataan ruang yang lebih kompleks dari pada PKR dalam dua atau tiga ruangan. Dilihat dari sudut fasilitas ruangan terdapat tiga situasi yakni PKR dalam satu ruangan, dua ruangan, dan tiga ruangan. Untuk mewadahi prinsip-prinsip pengelolaan PKR sebagaimana telah dibahas, dikembangkan contoh ruangan tiga dengan model interaksi dan penataan sebagai berikut:
1.      PKR 221 : Dua Kelas, Dua Mata Pelajaran, Satu Ruangan
2.      PKR 222 : Dua Kelas, Dua Mata Pelajaran, Dua Ruangan
3.      PKR 333 : Tiga Kelas, Tiga Mata Pelajaran, Tiga Ruangan



Model PKR 221
Dalam model PKR 221, guru nmenghadapi dua kelas contohnya dalam kelas V dan kelas VI, untuk mengajar mata pelajaran IPA dengan topik sumber daya alam di kelas V, dan mata pelajaran IPS di kelas VI. Kedua topik memiliki saling keterkaitan. Proses pembelajaran berlangsung dalam satu rusangan.
Langkah-langkah menerapkan model ini adalah sebagai berikut:
1.      Pada kegiatan pendahuluan +10 menit pertama berikan pengantar dan pengarahan dalam satu ruangan. Gunakan dua papan tulis atau satu papan tulis dibagi dua. Tuliskan topik dan hasil belajar yang diharapkan dari kelas V dan VI. Ikuti dengan langkah-langkah untuk masing-masing kelas yang akan ditempuh selama pertemuan itu +80 menit.
2.      Pada kegiatan inti +60 menit berikutnya terapkan aneka metode yang sesuai untuk masing-masing kelas. Selama kegiatan belajar berlangsung adakan pemantapan, bimbingan, balikan sesuai keperluan. Gunakan ketrampilan dasar yang sesuai.
3.      Pada kegiatan penutup +10 menit terakhir berdirilah di depan kelas menghadapi kedua kelas untuk mengadakan reviu atas materi dan kegiatan yang berlaku. Berikan komentar dan penguatan sesuai keperluan. Setelah itu berikan tindak lanjut berupa tugas atau apa saja sebagai bahan untuk pertemuan berikutnya.

Model PKR 222
Dalam model PKR 222 guru menghadapi dua kelas, dalam hal ini kelasn V dan VI, untuk mengajar mata pelajaran matematika topik bangun ruang di kelas V dan mata pelajaran IPA topik tumbuhan hijau di kelas VI. Kedua topik tidak memiliki saling keterkaitan. Proses pembelajaran berlangsung dalam dua ruangan berdekatan yang terhubung dengan pintu.
Dalam menerapkan model ini ikuti petunjuk sebagai berikut.
1.      Pada kegiatan pendahuluan +10 menit pertama satukan murid kelas V dan VI dalam satu ruangan yang tempat duduknya mencukupi. Berikan pengantar dan pengarahan umum seperti dilakukan dalam pendahuluan model PKR 221. Bila ternyata tidak mungkin menyatukan murid kelas V dan VI dalam ruangan, gunakan halaman atau emperan sekolah sambul berdiri. Bila cara kedua masih tidak mungkin biarkan murid kelas V dan VI duduk dalam ruangan masing-masing. Berdirilah, di pintu penghubung ruang kelas V dan VI. Berikan pengantar dan pengarahan umum secara berselang-selang untuk kelas V kemudian kelas VI atau sebaliknya.
2.      Pada kegiatan inti +60 menit berikutnya terapkan aneka metode yang sesuai dengan masing-masing kelas. Yang perlu diperhatikan jangan sampai pada saat guru sedang menghadapi kelas yang satu, kelas yang satunya lagi tidak ada kegiatan sehingga ribut. Atur kepindahan guru dari ruang ke ruang secara seimbang artinya jangan banyak menggunakan waktu di satu ruang. Ada saat guru berdiri di pintu penghubung.
3.      Pada kegiatan penutup +10 menit terakhir berdirilah di pintu penghubung menghadapi kedua kelas untuk mengadakan reviu umum mengenai materi dan kegiatan yang baru berlaku. Berikan komentar dan penguatan sesuai keperluan. Setelah itu berikan tindak lanjut berupa tugas untuk masing-masing kelas. Kemukakan hal-hal yang perlu disiapkan untuk jam berikutnya.
4.      Sebagai catatan, untuk model 222 ini sedapat mungkin denah ruangan diatur agar pandangan murid mengarah kedepan dan kearah pintu penghubung .
Pengelolaan PKR 222 memang agak lebih rumit dari pada PKR 221. Dapat dipahami dengan berkumpul dalam satu ruangan seperti dalam PKR 221 perhatikan guru tanpa penghalang. Model PKR 221 sangat cocok untuk dua materi yang saling berkaitan. Sedang model PKR 222 sangat cocok untuk materi pelajaran yang sangat berkaitan dan memerlukan perhatian khusus dari masing-masing kelas.

Model PKR 333
Dalam model PKR 333, guru menghadapi tiga kelas, dalam hal ini kelas IV, V dan VI, untuk mengajar pelajaran yang berbeda.. di kelas IV mata pelajaran IPS dengan topik penduduk, di kelas V IPA dengan topik mahluk hidup dan lingkungan, dan di kelas VI matematika dengan topik pecahan. Ketiga topik tidak ada kaitanya secara langsung. Proses pembelajaran berlangsung dalam tiga ruangan berjejer yang satu sama lain terhubungkan dengan pintu penghubung.
Dalam menerapkan model ini guru perlu mengikuti petunjuk sebagai berikut
1.      Pada kegiatan pendahuluan +10 menit pertama kumpulkan murid kelas IV, V, VI di salah satu ruang yang tempat duduknya mencukupi. Berikan pengantar dan pengarahan seperti yang dilakukan model PKR 222. Bila tidak mungkin menyatukan murid ruangan, kumpulkan murid kelas IV, V, dan VI dihalaman berbaris per kelas seperti dalam upacara bendera. Berikan pengantar dan pengarahan serta prosedur kegiatan belajar yang akan dijalani pada pertemuan itu
2.      Pada kegiatan inti +60 menit terapkan aneka metode belajar dengan memanfaatkan aneka sumber belajar yang tersedia. Penggunaan lembar kerja murid dean atau lembaga tugas murid sangat dianjurkan agar kegiatan belajar murid lebih bersifat mandiri.
3.      Pada kegiatan penutup +10 menit terakhir adalah reviw untuk dua kelas dengan menempatkan guru di pintu penghubung ruang satu dan dua atau ruang dua dan tiga. Berikan penguatan dan tindak lanjut untuk dua kelas itu. Setelah itu anda berpindah ke ruangan yang tersisa. Lakukan kegiatan penutupan seperti di dua ruangan sebelumnya.

C.     Pemanfaatan Sumber Belajar
Sesuai dengan prinsip khusus PKR yang antara lain menekankan pada perlunya pemanfaatan sumber belajar secara optimal, maka sudah seharusnya disadari perlunya memahami, dan memanfaatkan lingkungan belajar secara optimal. Lingkungan belajar mencakup dua kelompok
1.      Sarana dan prasarana seperti ruangan, tempat duduk (meja, kursi atau bangku dan papan tuliskan)
2.      Sumber belajar yang mencakup segala seperti manusia, benda, alam semesta, masyarakat, kepustakaan, dan hasil kebudayaan yang berpotensi memberi informasi kepada siswa dalam belajar.
Bila dorinci, sumber belajar meliputi hal-hal sebagai berikut
1.      Lingkungan sosial atau manusia
2.      Lingkungan hidup seperti flora dan fauna
3.      Lingkungan alam
4.      Lingkungan budaya
5.      Lingkungan religius
Kelima unsur lingkungan tersebut berpotensi memberi stimulus atau rangsangan belajar kepada siswa. Karena itu siswa dapat belajar dari manusia lain yakni guru, siswa lain, orang tua dan anggota masyarakat lainya. Stimulus yang dapat diterima dari manusia lain adalah informasi, petunjuk, nasihat, contoh, teguran, pertanyaan, pendapat, kritik, pujian, harapan, permintaan, tugas, perintah, pembenaran, dan ketrampilan.
Dari lingkungan hidup flora dan fauna siswa dapat memperoleh informasi faktual melalui pengamatan (melihat, mendengar, membau, meraba dan merasa), analisis dan penyimpulan hasil pengamatan dan analisis.
Dari lingkungan budaya siswa dapat memperoleh pengetahuan, sikap, dan ketrampilan, melalui partisipasi, peniruan, pembelajaran, pelatihan, adaptasi, pengamatan, analisis, dan penyimpulan hasil pengamatan dan analisis.
Dari lingkungan religius siswa dapat memperoleh keyakinan, keimanan, dan ketaqwaan, sikap, pengetahuan, norma, nilai, moral, semangat melalui partisipasi, pembelajaran, adaptasi, perenungan, pengamatan alam semesta dan pelaksanaan ritual atau ibadah.
Dalam pelaksanaan PPKR berbagai jenis sumber belajar seyogyanya dimanfaatkan secara optimal untuk memicu, memacu, memelihara, dan meningkatkan proses belajar. Untuk itu berbagai metode, dan teknik perlu digunakan untuk mendorong dan memberi kemudahan siswa sehingga siswa tahu, mau, mampu, dan terbiasa belajar dari manusia lain, bahan belajar tertulis, bahan belajar terekam, bahan belajar tersiar, alam sekitar,  dan masyarakat masyarakat.


PENUTUP
A. Simpulan
Kaitannya dengan pengelolaan dalam kelas rangkap seorang guru harus memperhatikan komponen-komponen pembelajaran yang meliputi :
A      Pengeelompokkan siswa.
1.      Pengelompokan siswa atas dasar rombongan belajar
2.      Pengelompokan siswa berdasarkan kemampuan homogen.
3.      Pengelompokan siswa berdasarkan kemampuan campuran
4.      Pengelompokan siswa berdasarkan kesamaan usia
5.      Pengelompokan siswa berdasarkan kompatibilitas siswa
6.      Pengelompokan siswa berdasarkan kebutuhan pembelajaran

B       Penataan Ruang dan Pengelolaan Kelas
Penerapan PKR dalam satu ruangan memerlukan penataan ruang yang lebih kompleks dari pada PKR dalam dua atau tiga ruangan. Dilihat dari sudut fasilitas ruangan terdapat tiga situasi yakni PKR dalam satu ruangan, dua ruangan, dan tiga ruangan.
C       Pemanfaatan Sumber Belajar
1.      Sarana dan prasarana seperti ruangan, tempat duduk (meja, kursi atau bangku dan papan tuliskan)
2.      Sumber belajar yang mencakup segala seperti manusia, benda, alam semesta, masyarakat, kepustakaan, dan hasil kebudayaan yang berpotensi memberi informasi kepada siswa dalam belajar.



Daftar Pustaka
Wardhani, IGK. 1998. Hakikat Pembelajaran Kelas Rangkap; Buku Materi Pokok 1. Jakarta: Universitas Terbuka.
Djalil, Aria, dkk. 1998. Pembelajaran Kelas Rangkap, Modul PGSD. Jakarta: Depdiknas.
Wardhani, IGK. 1998. Hakikat Pembelajaran Kelas Rangkap; Buku Materi Pokok 1. Jakarta: Universitas Terbuka.

2 komentar: