Rabu, 31 Oktober 2012

Pendidikan Jasmani Sebagai Pembentuk Prestasi Olahraga



MAKALAH
Pendidikan Jasmani Sebagai Pembentuk Prestasi Olahraga Anak SD
Disusun untuk memenuhi tugas Mata kuliah
Oleh : Bapak Isa Ansori



Disusun oleh :
Fajar Setiawan
1401410414
Rombel: 08



PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2011
KATA PENGANTAR

            Puji syukur kami haturkan kepada Allah SWT atas limpahan rahmad dan hidayahnya karena kami telah diberi kemudahan dalam menyelesaikan makalah ini yang berjudul Pendidikan jasmani sebagai pembentuk prestasi olahraga anak SD. Makalah ini kami buat untuk memenuhi tugas mata kuliah Pendidikan Jasmani Dan Kesehatan. Selain itu juga sebagai pengetahuan tentang pendidikan jasmani.
            Dalam makalah ini penyususn mengucapkan terima kasih kepada :
1 . Bapak Isa Ansori selaku dosen mata kuliah Pendidikan Jasmani Dan Kesehatan.
2 . Dan semua pihak yang telah membantu penyusunan makalah ini.
            Penyusun menyadari bahwa makalah ini masih jauh dai kesempurnaan, oleh karena itu penyusun sangat mengharap kritik dan saran yang membangun dari para pembaca, penyususn berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan semua warga besar PGSD UNNES pada umumnya dan penyususn pada khususnya.


                                                                                               
                                                                                   
Semarang , 08 Juni 2011


                                                                                                                           Penyusun

BAB I
PENDAHULUAN

A.    LATAR BELAKANG
Pendidikan jasmani pada hakikatnya adalah proses pendidikan yang memanfaatkan aktivitas fisik untuk menghasilkan perubahan holistik dalam kualitas individu, baik dalam hal fisik, mental, serta emosional. Hingga sekarang ini masih sering timbul keraguan berbagai kalangan terhadap peran dan fungsi Pendidikan Jasmani terhadap pertumbuhan dan perkembangan anak serta sebagai pembentuk prestasi anak didik di Sekolah Dasar , baik secara langsung maupun tidak langsung. Hal tersebut tentu sangat mengusik pikiran kita yang sehari hari bergelut dengan Pendidikan Jasmani. Bagi kita sebagai guru mata pelajaran Pendidikan Jasmani Olahraga adalah dunia yang tidak terpisahkan dari kehidupan sehari-hari, bahkan sebagian hidup kita diabdikan untuk Pendidikan Jasmani.
Pendidikan Jasmani adalah merupakan bagian integral dari pendidikan keseluruhan yang bertujuan untuk mengembangkan aspek kebugaran jasmani, ketrampilan gerak, ketrampilan berpikir kritis, ketrampilan sosial, penalaran, stabilitas emosional, tindakan moral, aspek pola hidup sehat dan pengenalan lingkungan bersih. melalui aktivitas jasmani yang direncanakan secara sistematis dalam rangka mencapai tujuan pendidikan nasional. Pendidikan Jasmani selain menjadi bagian integral dari proses pendidikan secara keseluruhan, mata pelajaran ini juga mempunyai peran unik dibandingkan dengan mata pelajaran lainnya. Karena selain dapat digunakan untuk pengembangan aspek fisik dan psikomotor, juga ikut berperan dalam pengembangan aspek kognitif dan afektif secara serasi dan seimbang. Olahraga juga memberika mafaat bagi yang melakukannya. Selain tubuhnya menjadi sehat dan kuat, olah raga dapat pula dijadikan sebagai ajang untuk berprestasi serta sebagai profesi hidup. Saat ini banyak atlet profesional yang mendedikasikan hidupnya pada salah satu jenis olahraga seperti tenis, tinju dan sepakbola.
Dengan keuletan, ketekunan, dan kemauan, bayak olahragawan berhasil mencapai prestasi yang membanggakan. Olahraga juga merupakan cara yang baik untuk mempererat persahabatan antar bangsa, misalnya melalui pertandingan olahraga antar bangsa. Sering kali Pendidikan Jasmani dan Kesehatan di Sekolah Dasar sering kali di abaikan karena dianggap sebagai pelajaran tambahan. Padahal manfaatnya penting bagi tubuh, selain itu sebagai penunjang prestasi olahraga.
B.     Rumusan Masalah
1.      Apa pendidikan jasmani?
2.      Apa Hubungan Pendidikan Jasmani dengan Bermain dan Olahraga?
3.      Apa hubungan Pendidikan Jasmani dengan Pertumbuhan dan Perkembangan Anak Didik?
4.      Apa Peran sekolah dalam menumbuhkan bakat siswa?
5.      Apa saja Metode Pengenalan Bakat?
6.      Apa Tahapan pengenalan bakat anak SD?
7.      Bagaimana sistem pembinaan prestasi olahraga?
8.      Bagaiman Meningkatkan Prestasi Olahraga Disekolah Dasar?

C.    Tujuan
1.     Mengetahui pendidikan jasmani
2.     Mengetahui Hubungan Pendidikan Jasmani dengan Bermain dan Olahraga
3.     Mengetahui hubungan Pendidikan dengan Pertumbuhan dan Perkembangan Anak Didik
4.     Mengetahui Peran sekolah dalam menumbuhkan bakat siswa
5.     Mengetahui Metode Pengenalan Bakat
6.     Mengetahui Tahapan pengenalan bakat anak SD
7.     Mengetahui sistem pembinaan prestasi olahraga
8.     Mengetahui Meningkatkan Prestasi Olahraga Disekolah Dasar



         


BAB II
PEMBAHASAN
1.      Pendidikan Jasmani
Pendidikan jasmani pada hakikatnya adalah proses pendidikan yang memanfaatkan aktivitas fisik untuk menghasilkan perubahan holistik dalam kualitas individu, baik dalam hal fisik, mental, serta emosional.
Pendidikan jasmani memperlakukan anak sebagai sebuah kesatuan utuh, mahluk total, daripada hanya menganggapnya sebagai seseorang yang terpisah kualitas fisik dan mentalnya. Pada kenyataannya, pendidikan jasmani adalah suatu bidang kajian yang sungguh luas. Titik perhatiannya adalah peningkatan gerak manusia. Lebih khusus lagi, penjas berkaitan dengan hubungan antara gerak manusia dan wilayah pendidikan lainnya: hubungan dari perkembangan tubuh-fisik dengan pikiran dan jiwanya. Fokusnya pada pengaruh perkembangan fisik terhadap wilayah pertumbuhan dan perkembangan aspek lain dari manusia itulah yang menjadikannya unik. Tidak ada bidang tunggal lainnya seperti pendidikan jasmani yang berkepentingan dengan perkembangan total manusia.
Pendidikan jasmani diartikan dengan berbagai ungkapan dan kalimat. Namun esensinya sama, yang jika disimpulkan bermakna jelas, bahwa pendidikan jasmani memanfaatkan alat fisik untuk mengembangan keutuhan manusia. Dalam kaitan ini diartikan bahwa melalui fisik, aspek mental dan emosional pun turut terkembangkan, bahkan dengan penekanan yang cukup dalam. Berbeda dengan bidang lain, misalnya pendidikan moral, yang penekanannya benar-benar pada perkembangan moral, tetapi aspek fisik tidak turut terkembangkan, baik langsung maupun secara tidak langsung. Karena hasil-hasil kependidikan dari pendidikan jasmani tidak hanya terbatas pada manfaat penyempurnaan fisik atau tubuh semata, definisi penjas tidak hanya menunjuk pada pengertian tradisional dari aktivitas fisik. Kita harus melihat istilah pendidikan jasmani pada bidang yang lebih luas dan lebih abstrak, sebagai satu proses pembentukan kualitas pikiran dan juga tubuh. Pendidikan jasmani ini karenanya harus menyebabkan perbaikan dalam ‘pikiran dan tubuh’ yang mempengaruhi seluruh aspek kehidupan harian seseorang. Pendekatan holistik tubuh-jiwa ini termasuk pula penekanan pada ketiga domain kependidikan: psikomotor, kognitif, dan afektif. Dengan meminjam ungkapan Robert Gensemer, penjas diistilahkan sebagai proses menciptakan “tubuh yang baik bagi tempat pikiran atau jiwa.” Artinya, dalam tubuh yang baik ‘diharapkan’ pula terdapat jiwa yang sehat, sejalan dengan pepatah Romawi Kuno yaitu Men sana in corporesano.

2.      Hubungan Pendidikan Jasmani dengan Bermain dan Olahraga
Dalam memahami arti pendidikan jasmani, kita harus juga mempertimbangkan hubungan antara bermain (play) dan olahraga (sport), sebagai istilah yang lebih dahulu populer dan lebih sering digunakan dalam konteks kegiatan sehari-hari. Pemahaman tersebut akan membantu para guru atau masyarakat dalam memahami peranan dan fungsi pendidikan jasmani secara lebih konseptual. Bermain pada intinya adalah aktivitas yang digunakan sebagai hiburan. Kita mengartikan bermain sebagai hiburan yang bersifat fisikal yang tidak kompetitif, meskipun bermain tidak harus selalu bersifat fisik. Bermain bukanlah berarti olahraga dan pendidikan jasmani, meskipun elemen dari bermain dapat ditemukan di dalam keduanya.
Olahraga di pihak lain adalah suatu bentuk bermain yang terorganisir dan bersifat kompetitif. Beberapa ahli memandang bahwa olahraga semata-mata suatu bentuk permainan yang terorganisasi, yang menempatkannya lebih dekat kepada istilah pendidikan jasmani. Akan tetapi, pengujian yang lebih cermat menunjukkan bahwa secara tradisional, olahraga melibatkan aktivitas kompetitif. Ketika kita menunjuk pada olahraga sebagai aktivitas kompetitif yang terorganisir, kita mengartikannya bahwa aktivitas itu sudah disempurnakan dan diformalkan hingga kadar tertentu, sehingga memiliki beberapa bentuk dan proses tetap yang terlibat. Peraturan, misalnya, baik tertulis maupun tak tertulis, digunakan atau dipakai dalam aktivitas tersebut, dan aturan atau prosedur tersebut tidak dapat diubah selama kegiatan berlangsung, kecuali atas kesepakatan semua pihak yang terlibat. Di atas semua pengertian itu, olahraga adalah aktivitas kompetitif. Kita tidak dapat mengartikan olahraga tanpa memikirkan kompetisi, sehingga tanpa kompetisi itu, olahraga berubah menjadi semata-mata bermain atau rekreasi. Bermain, karenanya pada satu saat menjadi olahraga, tetapi sebaliknya, olahraga tidak pernah hanya semata-mata bermain; karena aspek kompetitif teramat penting dalam hakikatnya.
Di pihak lain, pendidikan jasmani mengandung elemen baik dari bermain maupun dari olahraga, tetapi tidak berarti hanya salah satu saja, atau tidak juga harus selalu seimbang di antara keduanya. Sebagaimana dimengerti dari kata-katanya, pendidikan jasmani adalah aktivitas jasmani yang memiliki tujuan kependidikan tertentu. Pendidikan Jasmani bersifat fisik dalam aktivitasnya dan penjas dilaksanakan untuk mendidik. Hal itu tidak bisa berlaku bagi bermain dan olahraga, meskipun keduanya selalu digunakan dalam proses kependidikan.
Bermain, olahraga dan pendidikan jasmani melibatkan bentuk-bentuk gerakan, dan ketiganya dapat melumat secara pas dalam konteks pendidikan jika digunakan untuk tujuan-tujuan kependidikan. Bermain dapat membuat rileks dan menghibur tanpa adanya tujuan pendidikan, seperti juga olahraga tetap eksis tanpa ada tujuan kependidikan. Misalnya, olahraga profesional (di Amerika umumnya disebut athletics) dianggap tidak punya misi kependidikan apa-apa, tetapi tetap disebut sebagai olahraga. Olahraga dan bermain dapat eksis meskipun secara murni untuk kepentingan kesenangan, untuk kepentingan pendidikan, atau untuk kombinasi keduanya. Kesenangan dan pendidikan tidak harus dipisahkan secara eksklusif; keduanya dapat dan harus beriringan bersama.   
3.      Hubungan Pendidikan Jasmani dengan Pertumbuhan dan Perkembangan Anak Didik
Untuk memahami hubungan timbal balik antara Pendidikan Jasmani dengan pertumbuhan dan perkembangan anak didik terdapat dua asumsi yang melandasinya, yaitu:
Pertama, salah satu tujuan Pendidikan Jasmani adalah mengarahkan anak didik pada pertumbuhan dan perkembangan anak yang harmonis.
Melalui aktivitas gerak yang mempunyai sentuhan didaktik dan metodik dari guru mata pelajatran Pendidikan Jasmani, anak didik diarahkan pada pertumbuhan dan perkembangan yang selaras, seimbang dan harmonis. Oleh sebab itu guru Pendidikan Jasmani harus berusaha untuk mengaktualisasikan program pengajaran yang sesuai dengan pertumbuhan dan perkembangan anak didik.
Kedua, pertumbuhan dan perkembangan anak didik menjadi materi pembelajaran Pendidikan Jasmani di SD. Dalam proses pembelajarannya, perkembangan gerak menjadi acuan dalam pengembangan program Pendidikan Jasmani. Dengan aktivitas gerak pilihan sesuai dengan karakteristik pertumbuhan dan perkembangan gerak, diharapkan dapat mengantarkan mereka pada pertumbuhan dan perkembangan yang harmonis.
Terkait dengan hal tersebut, guru mata pelajaran Pendidikan Jasmani di SD hendaknya memahami prinsip pertumbuhan dan perkembangan anak didik sebagai berikut:
1. Pertumbuhan dan perkembangan terjadi secara terus menerus, sejak seseorang
dalam bentuk janin sampai batas usia tertentu. Sehubungan dengan hal tersebut maka pertumbuhan dan perkembangan yang tampak saat ini merupakan kelanjutan dari pertumbuhan dan perkembangan sebelumnya. Hal tersebut memberikan implikasi terhadap penyusunan program Pendidikan Jasmani. Penyusunan program Pendidikan Jasmani pada masing-masing tingkat pendidikan hendaknya merupakan satu kesatuan yang berkesinambungan. Pendidikan Jasmani pada tingkat Sekolah Menengah Atas (SMA} hedaknya merupakan kelanjutan dari Sekolah Menengah Pertama dan Sekolah Dasar.
2. Pada perjalanan usia anak mengalami proses pertumbuhan dan perkembangan
yang berbeda. Tiap tahap perkembangan memiliki karakteristik yang berbeda.
Program Pendidikan Jasmani yang efektif adalah program yang memperhatikan dan mempertimbangkan dengan seksama pertumbuhan dan perkembangan anak.
3. Tiap individu memiliki karakteristik pertumbuhan dan perkembangan yang
berbeda-beda. Perbedaan tersebut mempunyai implikasi terhadap penyusunan program Pendidikan Jasmani. Program Pendidikan Jasmani yang efektif adalah program yang disusun secara individualistik. Artinya program yang disusun sesuai dengan kebutuhan individu. Tetapi pembuatan program itu sangat sulit untuk dilakukan paling tidak program disusun berdasarkan kebutuhan kelompok, misalnya kelompok siswa yang memiliki kemampuan rendah, sedang, dan tinggi.
Disamping itu guru mata pelajaran Pendidikan Jasmani di Sekolah Dasar harus memahami dan mendalami tahap-tahap perkembangan gerak. Perkembangan gerak merujuk pada kebutuhan individual dan lingkungan. Faktor individual secara spesifik berhubungan dengan keadaan internal yang secara khusus oleh tiap anak. Tiap anak memiliki faktor individual yang berbeda. Kemudian, faktor lingkungan berhubungan dengan faktor eksternal yang mempengaruhi perkembangan individu.
Setiap individu akan mengalami tahap perkembangan yang berbeda-beda Perkembangan gerak dasar secara kritis berkembang pada usia 2 sampai 7 tahun. Namun demikian antara rentang usia 2 sampai 7 tahun terjadi 3 tahap perkembangan yang merupakan sub perkembangan gerak dasar, yaitu: (1)Tahap pengenalan, (2) Tahap dasar, (3)Tahap kematangan. Tahap-tahap perkembangan tersebut member pengaruh terhadap pengembangan program pembelajaran Pendidikan Jasmani.
Selanjutnya pada usia 7 sampai 14 tahun terjadi perkembangan gerak spesialisasi. Dalam tahap – tahap usia tersebut terjadi sub perkembangan gerak sebagai berikut :
1. Tahap transisi dari gerak dasar ke gerak aplikasi
2. Tahap aplikasi gerak pada bentuk-bentuk keterampilan yang spesialisasi dan menuntut kualitas koordinasi yang lebih baik
3. Tahap pemanfaatan pada berbagai kegiatan yang menumbuhkan keterampilan gerak dengan kualitas koordinasi yang baik.
Sehubungan dengan hal tersebut, dalam proses pembelajaran Pendidikan Jasmani Olahraga diharapkan dapat mengarahkan anak didik kearah perkembangan gerak sesuai dengan tahap perkembangan yang sedang dialami oleh anak. Dengan harapan, pada akhir tahap perkembangan gerak anak dapat memiliki seperangkat keterampilan yang dapat membekali memasuki dan beradaptasi dengan perkembangan zaman.

4.                  Peran sekolah dalam menumbuhkan bakat siswa
 Pertama, salah satu tujuan Pendidikan Jasmani adalah meningkatkan dan mengembangkan berbagai fungsi keterampilan gerak dasar dan kemampuan jasmani. Pengembangan keterampilan gerak dasar dan kemampuan jasmani yang sesuai dengan kebutuhan pertumbuhan dan perkembangan secara multilateral sesuai usia anak didik dapat menjadi landasan bagi pengembangan keterampilan gerak olahraga. Keterampilan gerak olahraga merupakan gerak yang kompleks-multipleks sehingga untuk itu dibutuhkan kemampuan gerak yang prima.
Kedua, talenta olahraga tidak dimiliki oleh semua anak, tetapi sebagian kecil saja. Untuk mengembangkan talenta tersebut dibutuhkan perhatian dan pengorganisasian yang melibatkan berbagai intansi. Di sekolah selain kegiatan intrakurikuler juga terdapat kegiatan ekstrakurikuler. Dalam kegiatan ekstrakurikulerlah anak didik mendapat sentuhan awal. Jika kegiatan ekstrakurikuler ini dikelola dengan manajemen yang baik maka akan melahirkan atlet–atlet yang berprestasi. Untuk kegiatan ekstakurikuler tersebut dibutuhkan penanganan guru yang professional juga dukungan moril, materil serta dukungan dari berbagai intansi terkait.
Sehubungan dengan itu, dalam upaya pemberdayaan guru mata pelajaran Pendidikan Jasmani, perlu diadakan pelatihan untuk memberikan wawasan, pengalaman dan pengetahuan ilmu kepelatihan perlu dilakukan dengan pengembangan kompetensi. Ilmu pendidikan jasmani dan melatih memiliki norma-norma dan prinsif yang sama. Keduanya sama tetapi memiliki tujuan yang berbeda, ilmu melatih berorientasi pada ukuran yang telah ditetapkan, seperti rekor, jarak, berat, kemenangan dan kekalahan sedangkan ilmu Pendidikan Jasmani berorientasi pada anak didik. Anak didik menjadi sentral dari pengembangan program pembelajaran.

5.                  Metode Pengenalan Bakat

            Berbagai macam metode yang dapat dipergunakan untuk mengenal bakat seseorang, tetapi pada prinsipnya ada dua metode yang paling mendasar untuk perlu kita ketahui sebagai teacher physical education sebagai berikut:

1. Seleksi alamiah; seleksi ini dianggap sebagai pendekatan normal dengan cara alamiah dalam mengembangkan kemampuan seorang atlet dalam olahraga. Mengasumsikan bahwa seorang atlet yang mendaftar pada cabang tertentu sebagai hasil dari pengaruh local (tradisi sekolah, keinginan orang tua, atau teman seusia). Sehingga evolusi kemampuan seorang atlet ditentukan oleh seleksi alamiah yang tergantung pada berbagai factor, individual, kebetulan seorang atlet mengambil cabang yang sesuai dengan bakatnya. Karena itu sering terjadi perkembangan kemampuan atlet sangat lambat, diakibatkan karena pemilihan cabang olahraga yang tidak sesuai.

2. Seleksi ilmiah; adalah suatu metode yang digunakan pelatih dalam memilih anak-anak prospektif yang telah menunjukkan kemampuan alami pada cabang olahraga tertentu. Jadi dibandingkan dengan individu yang diidentifikasi melalui metode alamiah, waktu untuk mencapai tingkat kemampuan yang tinggi bagi mereka yang terseleksi secara ilmiah lebih pendek. Untuk cabang-cabang olahraga yang membutuhkan tinggi atau berat tertentu (bola basket, sepakbola, mendayung, cabang-cabang lempar) seleksi ilmiah sangat dianjurkan. Hal yang sama pada cabang yang membutuhkan kecepatan, waktu reaksi, koordinasi dan tenaga (judo, sprint, hokey, cabang-cabang lompat pada atletik) . Dengan bantuan ilmuan olahraga, kualifikasi tersebut dapat terdeteksi. Sebagai hasil dari tes ilmiah, individu-individu yang berbakat terseleksi secara ilmiah atau diarahkan pada cabang olahraga yang sesuai.

3. Kriteria Pengenalan Bakat
Atlet yang berkemampuan tinggi mempunyai profil biologis yang spesifik, kemampuan biomotorik yang tinggi dan sifat fisiologis yang kuat. Ilmu tentang pelatihan telah mengalami kemajuan yang pesat pada decade terakhir yang menjadi sebab peningkatan kemampuan atlet yang konstan, peningkatan lain dalam bidang kuantitas dan kualitas pelatihan.
Meskipun demikian jika seseorang yang menekuni olahraga memiliki kekurangan secara biologis atau lemah dalam hal-hal yang diperlukan dalam suatu cabang olahraga, meskipun mendapatkan latihan yang lebih, tidak akan bias menutupi kelemahan alami pada cabang olahraga itu. Karena itulah pengenalan bakat secara ilmiah merupakan hal yang urgen untuk penampilan kemampuan atlet yang tinggi (peack performance). Mereka yang tidak terpilih tidak diabaikan, mereka dapat ikut dalam program-program rekreasi dimana mereka dapat memenuhi kebutuhan fisik dan sosialnya, bahkan bisa ikut dalam kompetisi.


6.      Tahapan pengenalan bakat anak SD
Ada tiga  tahap pengenalan bakat anak SD yaitu:
 a. Tahap Pertama

Dalam banyak hal dimulai pada masa pra-pubertas (3 - 10 tahun). Tahap ini didominasi oleh pemeriksaan kesehatan, perkembangan fisik secara umum, dan dimaksudkan untuk mendeteksi adanya kelainan tubuh atau penyakit. Porsi biometric pada tahap ini difokuskan pada tiga hal
pertama menemukan kelainan fisik yang dapat membatasi usaha atlet dalam olahraga, kedua menentukan tingkat perkembangan fisik atlet melalui cara yang sederhana seperti perbandingan antara tinggi dan berat badan, ketiga mendeteksi kemungkinan genetic yang dominan atautinggi sehingga anak dapat diarahkan pada cabang yang akan menjadi spesialisasinya pada usia selanjutnya.
Mempertimbangkan bahwa usia awal pada tahap ini telah selesai yang hanya memberikan para penguji informasi umum dari seorang anak. Keputusan yang definitive masih terlalu dini, sebab pertumbuhan dan perkembangan dinamik kandidat masih belum dapat dipastikan. Meskipun untuk cabang-cabang tertentu seperti berenang, senam yang mana latihan komprehensifnya telah dimulai pada usia dini. Dengan demikian tahap pertama identifikasi bakat ini harus dilakukan dengan cermat dan teliti.

b. Tahap Ke dua

Dilakukan selama dan setelah masa pubertas (9 – 10 thn) untuk senam, dan berenang, (10 – 15thn) untuk gadis dan (10 – 17thn) untuk anak laki-laki pada cabang olahraga lain. Hal ini merupakan tahap yang paling penting dalam seleksi, tahap ini dilakukan pada remaja yang telah berpengalaman dalam latihan yang terorganisir. Propovici (1979) menetapkan untuk cabang olahraga lempar, rowing, gulat, angkat berat yaitu bahu lebar dengan kekuatan dapat dikembangkan, dan pada saat berumur 15 tahun anak perempuan harus memiliki biacromial diameter 38cm dan anak laki-laki 18 tahun harus mempunyai 46cm. Juga diakui bahwa panjang kaki dan lengkungannya sangat penting dalam beberapa cabang olahraga (kaki datar terbatas pada jumping, mengguling, dan berlari). Kelainan bentuk anatomi dan fisiologi atau ketidakcukupan genetic harus menjadi elemen yang penting dalam identifkasi bakat.

c. Tahap Ketiga

Utamanya memperhatikan kandidat tim nasional, harus dilakukan dengan teliti, dapat dipercaya dan sangat berhubungan dengan spesifikasi dan sesuai kebutuhan dari olahraga. Diantara factor utama seseorang harus diperiksa; kesehatan, adaptasi psikologi untuk latihan dan bersaing kemampuan untuk mengatasi stress dan paling penting potensinya untuk mengembangkan performance yang lebih tinggi.
Penilaian obyektif di atas difasilitasi dengan tes medis, logika dan latihan secara berkala. Data dari tes tersebut harus dicatat dan dibandingkan untuk mengillustrasikan dinamisasi dari fase primary hingga akhir karier. Untuk setiap test, model yang optimal harus didirikan dan setiap individu dibandingkan dengan model tersebut, hanya kandidat yang sangat bagus dimasukkan dalam tim nasional.




7.      sistem pembinaan prestasi olahraga
Di antara berbagai persoalan yang membelit perkembangan olahraga di Indonesia akhir-akhir ini, ada beberapa persoalan utama yang perlu menjadi catatan tersendiri. Di antaranya adalah sistem pembinaan olahraga yang dikembangkan selama ini, yang ternyata berkontribusi secara signifikan terhadap terpuruknya prestasi Indonesia. Banyak kalangan yang menilai kegagalan ini diperparah oleh kurang seriusnya pembinaan olahraga itu sendiri. Kita sudah jauh tertinggal di segala lini. Terutama soal pemanfaatan IPTEK olahraga. Pola pengembangan olahraga nasional masih bersifat tradisional, tak lebih dari rutinitas sebagai bagian ritual yang berorientasi pada pencapaian prestasi secara instan berdasarkan pengalaman masa lalu yang miskin inovasi. Berpijak dari fakta tersebut, upaya untuk mengembalikan kejayaan olahraga di Bantaeng, tidak bisa tidak, harus dimulai melalui reformasi bangunan sistem pembinaan prestasi keolahragaan daerah, dengan penekanan utama pada pergeseran paradigma pembinaan olahraga yang tidak sekadar berorientasi pada pencapaian medali. Medali harus dianggap sebagai konsekuensi logis pembinaan olahraga yang tertata dan terintegrasi dalam sistem yang mapan.
Komponen utama sistem pembinaan
Dalam membangun sistem pembinaan olahraga tersebut, ada beberapa komponen utama yang perlu diperhatikan. Komponen-komponen utama tersebut terdiri atas: Pertama, fungsi, yang mengarahkan dan menjadi penarik. Kedua, manajemen, untuk merencanakan, mengendalikan, menggerakkan, dan mengkoordinasikan seluruh kegiatan sehingga tertuju pada tujuan guna meningkatkan efisiensi teknis dan ekonomis.
Ketiga, faktor ketenagaan, di mana saat ini isu nasional dalam pembinaan olahraga masih berkutat pada kelangkaan tenaga-tenaga profesional yang dipersiapkan secara khusus untuk membina olahraga melalui program pendidikan atau pelatihan.
Keempat, tenaga pembina. Beberapa permasalahan utama yang terkait dengan komponen ini berhubungan dengan belum adanya standar persyaratan tenaga profesional pembina olahraga yang dibangun secara sistemik. Pengakuan formal dari pemerintah terhadap jabatan ini masih minim, termasuk di dalamnya pengakuan terhadap status dan kompetensi mereka yang berimplikasi pada sistem penghargaan dan jaminan sosial yang mereka terima.
Kelima, atlet atau olahragawan. Tak jauh berbeda dengan komponen tenaga pembina, faktor-faktor klasik seperti penghargaan serta jaminan sosial yang mereka terima menjadi permasalahan serius yang ikut menentukan kegairahan pencapaian prestasi yang secara keseluruhan ikut menentukan upaya membangun profesionalisme olahraga nasional.
Keenam, struktur program dan isi, yang berkenaan dengan program-program umum serta kegiatan keolahragaan yang dirumuskan dalam kalender olahraga nasional dan menjadi kalender pembinaan atlet daerah yang dapat meningkatkan mutu pembinaan. Ketujuh, sumber-sumber belajar, seperti buku petunjuk, buku ajar, rekaman film, dan lain-lain, termasuk di dalamnya informasi secara meluas tentang prinsip pembinaan yang disajikan secara praktis.
Kedelapan, metodologi dan prosedur kerja, yang mencakup pengembangan dan penerapan teknik serta metode pembinaan dan pemanfaatan temuan-temuan baru guna memaksimumkan efisiensi dan efektivitas pembinaan.
Kesembilan, evaluasi penelitian, untuk mendukung pengendalian program agar mencapai tujuan yang diharapkan, termasuk di dalamnya adalah pengendalian mutu, peningkatan efisiensi dan efektivitas pembinaan.
Kesepuluh, dana. Problem utama yang membelit komponen ini berkisar pada sumber pendanaan yang masih minim serta alokasi dan pemanfaatannya secara tepat dan optimal.
Haornas sebagai bagian sistem pembinaan Hari Olahraga Nasioal (Haornas), sesungguhnya dapat dimaknai sebagai peristiwa penting olahraga dalam rangka membangkitkan motivasi bangsa, Negara dan daerah untuk berolahraga. Penyelenggaraan Haornas sekaligus merupakan pernyataan kesungguhan sikap terhadap olahraga dan manifestasi dari cetusan aspirasi masyarakat serta komitmen politik yang kuat dari pemerintah daerah bahwa olahraga merupakan bagian yang penting, baik dalam konteks pembangunan dan dalam kehidupan sehari-hari khususnya dalam pningkatakan prestasi atlit.
Karena itu pula, peringatan Haornas bukan saja berisi pernyataan retorik tentang kebermaknaan olahraga bagi bangsa Indonesia. Dalam konteks ini, Haornas harus didudukkan sebagai bagian dari sistem pembinaan olahraga yang mampu menggerakkan partisipasi olahraga dari seluruh lapisan masyarakat.
8.      Meningkatkan Prestasi Olahraga Disekolah Dasar
Sekolah Dasar (SD) memainkan peranan yang penting dalam meningkatkan prestasi olahraga di Tanah Air. Karena tingkat pendidikan dasar itu merupakan sumber atau gudangnya calon bibit atlet berbakat dan berpotensi. Itulah sebabnya kita semua meminta kepada sekolah untuk menghidupkan kembali klub olahraga SD yang memberi kesempatan pada siswa yang berpotensi pada cabang olahraga tertentu untuk mengasah  kemampuannya. Melalui klub olahraga SD itu akan lahir atlet-atlet berpotensi di masa depan, Klub semacam itu, sangat penting karena lahirnya seorang atlet berbakat memerlukan proses pembinaan yang panjang serta penanganan yang sungguh-sungguh, sistematis, konsisten serta dilakukan sedini mungkin. Anak usia SD termasuk dalam periode olahraga usia dini. Periode ini teramat penting sekaligus krusial, khususnya dalam perkembangan dan pertumbuhan fisik dan psikologis anak. Periode ini juga merupakan periode yang amat penting dalam menentukan prestasi dalam bidang olahraga.
Bila pada masa kritis ini anak tidak memperoleh rangsangan dalam latihan yang tepat untuk pertumbuhan dan perkembangan potensi fisik dan kepribadiannya, maka kesempatan emas bagi anak untuk berkembang secara optimal akan hilang. Pembinaan kepada anak dalam periode ini harus dilakukan secara sistematis, berkesinambungan dan berlandaskan teori kepelatihan, pertumbuhan dan perkembangan fisik, biologis serta psikologis anak.
Karena itu, pendidikan jasmani di SD hendaknya mengutamakan aktivitas jasmani dan menerapkan kebiasaan hidup sehat melalui olahraga, bukan hanya berkutat pada teori-teori dalam olahraga.
kegiatan lomba atau pertandingan olahraga siswa SD tingkat nasional menjadi momen yang sangat tepat bagi siswa atau bibit atlet untuk unjuk kebolehan atau prestasi di cabang olahraga masing-masing. Keberhasilan siswa dalam meraih prestasi olahraga di tingkat nasional dapat memotivasi siswa untuk berprestasi ke tingkat yang lebih tinggi.
Disisi lain para guru olahraga sebagai pemain terdepan merasa hal ini hanyalah retorika belaka, segudang masalah ada didepannya. Masyarakat masih memandang bahwa masa depan atlit tidak jelas, susah untuk mencari masa depan, banyak atlit senior yang hidupnya masih belum layak, belum lagi masalah pendanaan yang serba kurang dll. Masih seabrek masalah yang menghadang untuk bisa memenuhi harapan masyarakat olahraga kita.  Para guru olahraga banyak yang pesimis, setiap guru mengajukan masalah dana yang ada selalu kesusahan.


















                                                                        BAB III
PENUTUP

A.    KESIMPULAN
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pendidikan jasmani adalah proses pendidikan yang memanfaatkan aktivitas fisik untuk menghasilkan perubahan holistik dalam kualitas individu, baik dalam hal fisik, mental, serta emosional. Adapun tujuan Pendidikan Jasmani adalah meningkatkan dan mengembangkan berbagai fungsi keterampilan gerak dasar dan kemampuan jasmani. Keterampilan gerak olahraga merupakan gerak yang kompleks-multipleks sehingga untuk itu dibutuhkan kemampuan gerak yang prima Pengembangan keterampilan gerak dasar dan kemampuan jasmani yang sesuai dengan kebutuhan pertumbuhan dan perkembangan secara multilateral sesuai usia anak didik dapat menjadi landasan bagi pengembangan keterampilan gerak olahraga. Bermain, olahraga dan pendidikan jasmani melibatkan bentuk-bentuk gerakan, dan ketiganya dapat melumat secara pas dalam konteks pendidikan jika digunakan untuk tujuan-tujuan kependidikan. Bermain dapat membuat rileks dan menghibur tanpa adanya tujuan pendidikan, seperti juga olahraga tetap eksis tanpa ada tujuan kependidikan.
Melalui Olahraga dapat dengan mudah ditunjukkan betapa terbatasnya kemampuan manusia, betapa perlu kita memelihara lingkungan hidup kita, betapa banyak hal yang di luar kemampuan akal manusia dan betapa perlu kita mencegah kerusakan dan perbuatan-perbuatan yang dapat menimbulkan kerusakan di muka bumi. Kesejahteraan jasmaniah ditingkatkan dengan Olahraga Kesehatan, untuk meningkatkan derajat Kesehatan dinamis, sehingga orang bukan saja sehat dikala diam (Sehat statis) tetapi juga sehat serta mempunyai kemampuan gerak yang dapat mendukung setiap aktivitas dalam peri kehidupannya sehari-hari (Sehat dinamis).
Dengan pendidikan jasmani anak akan mempunyai bakat yang kemudian di salurkan menjadi prestasi dengan latihan rutin dan pembinaan dari guru.untuk mencapai jenjang prestasi tinggi diperlukan sistem pembibitan yang bagus. Tanpa pembibitan yang tersistem dengan baik maka tahap pencapaian prestasi tidak akan tercapai dengan baik. Sistem Pembibitan yang baik adalah system pembibitan yang mampu memberikan pondasi yang kuat untuk menuju ketahap selanjutnya yaitu spesialisasi yang selanjutnya secara berkelanjutan dibina menjadi prestasi tingkat tinggi.

B.     SARAN
Agar Pendidikan Jasmani di Sekolah Dasar dapat lebih berperan dalam mengoptimalkan bakat demi pencapaian prestasi yang tinggi pada anak didik sebaiknya guru 
Memahami masing-masing peserta didiknya beserta bakatnya, kemudian memberikan solusi bagi siswa yang mempunyai bakat berupa pelatihan-pelatihan olahraga sehingga menjadikan anak ber-prestasi melalui bimbingan dengan bakat yang dimilikinya.












DAFTAR PUSTAKA

4.      http://ads3.kompasads.com/new/www/delivery/ck.php?n=a22ad6b1&amp;cb=INSERT_RANDOM_NUMBER_HERE' target='_blank'><img
5.      http://eriyantoni.blogspot.com/2010/09/identifikasi-bakat-olahraga.html
                                                                                               


Tidak ada komentar:

Posting Komentar